Bab 16

79 7 1
                                    

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

Kiara berlari mengejar Bara dan kemudian menarik lengan pemuda itu. Kiara, gadis itu dengan wajah memerah dan mata berkaca-kaca menatap Bara dengan tatapan memohon. Bara, pemuda itu menarik tangannya dengan tatapan datar. Jujur saja ia kecewa. Ia mendengar semua pertengkaran antara Kiara dan Zalfa tadi, hanya sampai ia mendengar Zalfa mengatakan bahwa Kiara memiliki pacar lain saja sudah membuat Bara kepalang kesal. Rasanya perasaannya dipermainkan walaupun ia belum melihat bukti apa yang diperlihatkan oleh Zalfa. Melihat tindakan diam Kiara ketika Zalfa menunjukkan bukti itu, Bara bisa meyakinkan bahwa bukti apapun itu kemungkinan besar Kiara memang benar memiliki pria lain selain Bara.

“Bar, ini enggak yang kayak lo denger. Zalfa, cewek brengsek itu nyoba buat bikin kita putus. Dia ... dia pasti ngerencanain ini semua. Gue yakin, Bar. Lo percaya sama gue, ’kan? Iya, ’kan? Bar, jawab. Bilang kalo lo percaya sama gue daripada Zalfa. Jawab, Bar!” pinta Kiara masih mencoba meraih lengan Bara.

“Bar, mending kita pergi aja. Percuma dengerin cewek begini. Semua kesalahan bakal dia lempar ke orang lain biar dia keliatan kayak korban,” ucap Bayu. Reno mengangguk mengiyakan. Jujur saja ia sudah menganggap Kiara seperti saudara baginya apalagi ketika Kiara dulu sering sekali ikut dengan mereka ketika mereka berkumpul karena statusnya sebagai pacarnya Bara.

Reno juga suka menegur Bara ketika pemuda itu terlalu asyik mencari gadis yang katanya adalah sahabat masa kecilnya dan terkesan menduakan Kiara, tapi apa? Ia sekarang kecewa dengan gadis yang ia anggap seperti saudara itu. Bisa-bisanya dia menduakan Bara, temannya? Reno tak habis pikir.

“Bar, ayo.” Bayu merangkul pundak Bara mengajaknya pergi meninggalkan Kiara. Kiara yang tadinya ingin mengejar Bara langsung dihadang oleh Reno. Pemuda itu menatapnya tajam dan berkata, “mending lo introspeksi diri deh, Ra. Gue bener-bener kecewa sama lo. Sejahat itu lo sama Bara. Dia udah perlakuin lo dengan baik, tapi gini balasan lo ke dia? Sumpah, Ra. Jahat bange lo.”

Kiara menggeleng cepat. “Ren, lo salah paham. Zalfa ... dia mau ngadu domba kita. Dia mau kita ribut dan dia bisa masuk ke tengah-tengah kalian. Dia tuh ngincer Bara. Dia mau rebut Bara dari gue, Ren. Lo tau seberapa sayang gue sama Bara. Gue enggak mau dia rebut Bara dari gue. Dengerin gue, Ren. Tolong banget!” pintanya dengan raut menyedihkan.

Reno menggeleng kecil. Ia tak tahu harus mempercayai siapa, yang jelas ia akan berada di dekat Bara. Mendukung sahabatnya dan membenci apapun yang menyerang teman-temannya. Bagi Reno, persahabatan adalah yang paling utama.

“Kalo itu pembelaan diri lo, maka buktiin. Buktiin ke kita, ke Bara. Buktiin kalo lo memang korban, Ra.” Usai mengatakan itu, Reno langsung pergi meninggalkan Kiara yang mengerang kesal.

“Arghhh! Zalfa sialan. Gue balas lo. Liat aja nanti!” gerutu Kiara.

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

Tamara menatap foto yang ada di ponsel Zalfa dengan tatapan tak percaya. Ia kira Zalfa memergoki Kiara bersama murid di sekolah ini, ternyata Kiara terpergok bersama laki-laki yang mungkin adalah anak kuliahan. Tamara juga ingat pria di dalam foto itu adalah pria yang waktu itu bersama gadis yang bersikap tak sopan kepadanya dan Zalfa saat ia mengajak Zalfa pergi ke kedai es krim tepat setelah dua hari Zalfa tiba di kota ini.

“Jadi, cewek enggak sopan waktu itu ... Kiara? Wah, gue enggak nyangka! Harusnya gue inget mukanya jadi bisa gue kasih tau ke Bayu. Ternyata muka doang cantik, tapi kelakuan kayak uler. Dih, enggak cantik deh. Masih cantikan gue. Dia buluk kayak upik abu!” ucap Tamara mengunpati Kiara.

Zalfa mengangguk pelan. Saat ini pikirannya terpaku pada Bara. Ia ingat bagaimana raut kecewa Bara tadi saat mendengarkan pertengkarannya dengan Kiara. Zalfa tiba-tiba merasa bersalah. Harusnya ia tak membawa percakapan mengenai perselingkuhan Kiara di depan umum apalagi besar kemungkinan Bara akan mengetahuinya, tapi Zalfa kepalang kesal dengan tingkah Kiara.

Zalfa menatap ponselnya dan menatap kontak Bara. Pemuda itu tak aktif. Apakah ia sedang bersedih? Zalfa ingin menghibur Bara, tapi dirinya siapa? Mereka hanya teman sekelas yang baru kenal. Bahkan Bara memiliki dua sahabat yang tentunya akan menghiburnya. Iya, ’kan?

Tamara menatap Zalfa yang terpaku menatap kontak Bara. Tamara bertanya-tanya apakah Zalfa merasa bersalah kepada Bara? Sejak kenal dengan Zalfa, ia mengetahui bahwa Zalfa adalah orang yang tak enakan apalagi kalau ia merasa sudah melukai perasaan seseorang, gadis itu akan terpikir terus-menerus. Overthinking Zalfa kadang membuat Tamara kasihan.

“Telpon aja, Zal. Siapa tau dia butuh dihibur,” ucap Tamara mencoba memberikan keberanian kepada Zalfa.

Zalfa menggeleng kecil. “Buat apa? Dia pasti marah. Harusnya gue enggak ngungkit itu di depan umum. Bara yang denger pasti kecewa. Apalagi mereka udah pacaran lama. Iya, ’kan? Gimana perasaan dia kalo ceweknya malah selingkuh di belakang dia. Pasti sedih banget,” ucap Zalfa.

“Lo enggak usah ngerasa bersalah. Harusnya malah lo kasih tau duluan ke Bara. Dia berhak tau kalau ceweknya itu gatel. Padahal dia ngomong kalo lo gatel ke Bara, taunya dia yang gatel ke cowok lain. Selingkuhin Bara yang padahal Bara tuh udah treat her like a princess. Trus balasan dia apa? She treats him like a trophy boyfriend. Dia cuma jadiin pajangan dan di belakang Bara dia malah seneng-seneng sama cowok lain. Bara deserves someone better.” Tamara menjelaskan.

Zalfa menatap Tamara dan kemudian menatap ponselnya dengan ragu. Ia melihat Tamara mengangguk seolah memberikan Zalfa kepercayaan dan keberanian. Zalfa menekan ikon telpon pada kontak Bara dan menempelkan benda persegi itu ke telinganya. Menunggu di balik dering panggilan sampai suara Bara terdengar di seberang sana.

“Zalfa ....”

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

Bara duduk di ruang multimedia dengan perasaan gundah. Reno dan Bayu hanya duduk diam tak berani berkata apa-apa. Mereka bingung harus berkata apa. Mereka takut kalau apapun yang keluar dari mulut mereka akan membuat Bara semakin terpukul.

“Gue ... apa ini karma karna gue terlalu sibuk nyari Lila, ya? Sampe akhirnya Kiara milih selingkuh. Dia ngerasa enggak gue perhatiin,” ucap Bara tiba-tiba.

“Bar, mending lo dinginin kepala lo dulu. Jangan bahas Kiara dulu,” ucap Bayu.

“Gue cuma butuh waktu doang. Gue cuma mau tau keberadaan temen masa kecil gue aja. Gue pengen jawaban kenapa dia enggak datang ke ulang tahun gue waktu itu. Kenapa dia pergi tiba-tiba tanpa pamit. Itu aja. Gue enggak ada niatan nyuekin Kiara. Gue seburuk itu, ya?” Lagi, Bara berkata dengan nada sedih.

“Bar, ini bukan salah lo. Di sini lo korban. Jangan nyalahin diri lo sendiri.” Reno tak tega dengan sahabatnya yang terlihat kacau.

“Bener kata Reno, Bar. Mending lo tenangin diri lo dulu aja. Masalah ini biarin aja berlalu. Lagian masih banyak cewek lain selain Kiara. Mungkin dengan gini lo bisa nyari Lila temen masa kecil lo itu. Iya enggak, Ren?” ucap Bayu. Reno mengangguk mengiyakan.

Bara mengusap wajahnya dengan frustrasi sampai ponselnya berdering. Ia meraih benda itu dan mendapati nama Zalfa tertera di sana. Bayu melirik dan kemudian terdiam. Ia merasa ada yang harus disampaikan kepada Bara mengenai Zalfa, tapi ia lupa apa. Bayu mencoba mengingatnya, tapi tak dapat menemukan apa-apa.

Lain halnya dengan Reno. Ia menatap nama Zalfa pada ponsel Bara dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia juga diam saat Bara memilih menjawab panggilan itu. Raut wajah Bara terlihat begitu buruk.

Segera Bara menempelkan benda itu ke telinganya dan berkata dengan nada lirih, “Zalfa ....”

Reno menarik Bayu pergi untuk membiarkan Bara berbicara dengan Zalfa lewat telpon. Apapun itu, asalkan Zalfa bisa menghibur Bara, maka Reno takkan mengganggu di tengah-tengah mereka.

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

• •✠•❀ Bab 16
• •✠•❀ ditulis oleh girlRin

[04] Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang