07. Fakta

315 18 0
                                        

Penampilan rapi Seno mengundang banyak perhatian dari siswa-siswi di sekolah anaknya. Memang, tidak hanya seorang wanita saja yang mengagumi ketampanan dan wajah awet muda seorang Seno Alfian bahkan anak muda sekalipun mengaguminya. Tetapi sudah tidak heran jika Seno datang ke sekolah, pasti untuk menghadiri panggilan wali kelas atas kesalahan yang telah anaknya perbuat.

"Silahkan, pak Seno."

"Jadi begini pak Seno, Raka Alfian terlibat dalam pertengkaran dengan salah satu gurunya. Raka memukulnya, pak. Menurut saya ini tidak benar."

"Maaf, alasan anak saya memukul beliau itu apa?"

TOK TOK TOK!

"Iya Raka, masuk."

Raka pun sudah berdiri disana.

"Pak Broto sedang mencegah Raka yang berusaha untuk bolos, Raka tidak terima dan langsung memukul gurunya sendiri."

Kedua mata Raka pun membelalak kaget dengan penjelasan wali kelasnya yang tidak masuk akal sama sekali. Alasannya itu tidaklah benar.

"Ini tidak benar, pak!" Raka menyangkalnya.

"Bapak di bayar berapa oleh pak Broto?"

Namun, reaksi dari sang Ayah lebih membuatnya terkejut.

"Maksud pak Seno?"

"Pak, kehidupan bapak tidak akan berkah jika menerima uang suap dari seseorang. Saya tahu semuanya, waktu saya akan ke toilet, saya mendengar percakapan kalian dan alasan anak saya memukul gurunya pun saya tahu. Anak saya memang bersalah tetapi pak Broto lebih bersalah. Tugas seorang guru mendidik muridnya di sekolah dan memberi contoh baik kepada muridnya tetapi apa yang pak Broto lakukan bukanlah sesuatu yang patut di benarkan."

Faktanya memang begitu. Wali kelas tersebut di beri uang suap untuk membuat alasan yang menyudutkan Raka Alfian. Syukurlah, Seno mengetahuinya.

"Jadi anak bapak benar dan saya salah?"

"Tidak, saya tidak membenarkan perbuatan anak saya. Raka melakukan kesalahan tapi anak saya tidak akan melakukan itu jika tidak memiliki alasan."

Pak Broto, guru killer tersebut hanya menyeringai mendengar jawaban Seno.

"Raka Alfian kami skors satu pekan dan kalian berdua mulai besok berhenti untuk mengajar di sekolah ini." Keputusan kepala sekolah yang ikut menangani kasus itu.

Sesudah pertemuan tersebut, Seno meminta untuk mengobrol berdua dengan anaknya. Kini mereka berdua berada di bawah pohon belakang sekolah.

"Nak, jangan pernah ulangi perbuatan seperti itu lagi. Jangan pernah melakukan kekerasan, itu sangat tidak di perbolehkan. Jika kamu mempunyai masalah, selesaikan baik-baik bukan dengan kekerasan. Apa Raka mengerti?"

Raka terkekeh mendengar nasihat Ayahnya, ia beranjak dari duduknya dan menghadap Ayahnya, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Menatap ayahnya sejenak.

"Aku mirip Ayah, bukan? Ayah tampar Ibu itu bukannya kekerasan?"

Seno terdiam dengan jawaban yang anaknya berikan.

"Maka dari itu, jangan seperti Ayah."

"Buah jatuh gak jauh dari pohonnya." Ketus Raka. 

Ada hal yang tidak kamu ketahui, Raka. Tapi memang benar Raka, jangan hidup seperti Ayah. Ayah ingin kamu hidup lebih baik dari Ayah. -batin Seno.

AYAH || THE BOYZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang