39. Rahasia

141 7 0
                                        

Banyak murid yang berkerumunan , saat Raka melewati mereka terdengar bisikan yang sangat amat tidak disukainya. Raka mengira bahwa dengan menyembunyikan sesuatu besar tidak akan terungkap. Akan tetapi sepertinya apa yang Raka sembunyikan selama satu bulan penuh ini pun diketahui oleh banyak murid di sekolah termasuk teman sekelasnya.

"Ah, sial!" Kesalnya.

Dengan langkah cepat, Raka berjalan menuju kelas yang berada di lantai tiga gedung sekolahnya.

BRAK!

Pintu kelas itu di dobrak keras olehnya sampai murid yang berada di dalam sangat terkejut. Kembali suara pukulan pada meja membuat murid kelas tersebut sangat kaget.

BUGH!

Raka memukul wajah siswa yang sedang berkutat pada buku pelajarannya hingga jatuh tersungkur ke lantai. Semua murid kelas itu menjauhi Raka.

"Udah gue bilang, jangan sampai anak sekolahan tahu kalau lo itu anak pungut bokap gue!" Bentaknya.

Saat mendengar kata 'anak pungut' murid-murid di sana kembali berbisik-bisik dengan fakta yang sebenarnya bahwa Denis bukanlah anak kandung dari Ayah Raka. Pasalnya banyak murid yang berargumen saat mengetahui Denis ialah anak dari Seno, mereka dengan asalnya menyebut bahwa Ayah Raka memiliki hubungan gelap tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana mereka mengetahui sesuatu yang berusaha Raka sembunyikan ini? Salah satu siswa mendengar percakapan Raka, Denis pun Seno disaat Seno menyebut dirinya Ayah kepada Denis.

"Tenang dulu, Raka."

"Gimana gue bisa tenang denger bacotan orang yang gak masuk akal itu?"

Hitungan detik kepalan tangan Raka akan mendarat di wajah Denis kembali. Namun, perkataan Denis membuat pukulannya tertahan.

"Kenapa kamu peduli, Raka? Bukankah selama ini kamu tidak peduli dengan Ayahmu? Mengapa hal ini bisa membuatmu marah besar? Lagi pula kamu tahu fakta yang sebenarnya sangat berbeda dengan apa yang semua orang bicarakan."

"Apa maksud lo?!"

"Sadarlah, Raka! Kamu itu sebenarnya sangat peduli dan sayang terhadap Ayahmu. Kalau tidak, kamu tidak akan marah besar seperti ini ketika mendengar Ayahmu di jelekkan oleh orang lain. Hanya saja rasa sayang kamu tertutup sama rasa egoismu itu! Paman sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi tapi saya tidak akan memberitahumu. Saya ingin kamu mendengarkan langsung dari paman Seno. Dengarkan beliau sekali saja, Raka. Jangan sampai kamu menyesal telah menyakiti beliau. Dan untuk keberadaan saya yang masuk begitu saja dalam kehidupan kalian, saya hanya ingin membantu paman Seno supaya bisa kembali bersatu dengan kamu dan supaya kamu memiliki teman bercerita agar tidak salah dalam memilih pergaulan. Paman Seno sangat menyayangimu lebih dari dirinya sendiri, Raka! Lihat beliau yang bekerja keras banting tulang sampai tidak memikirkan kesehatannya sendiri hanya demi masa depan anaknya yaitu kamu! Tenang saja Raka, jika kamu sangat tidak menyukai keberadaan saya, setelah tugas saya selesai maka saya akan pergi saat itu juga."

"Jadi sekarang lo udah berani mendikte gue, hah? Apa kata lo? Biar gue gak salah pergaulan? Emangnya lo udah bener? Ohh dan satu hal lagi. Jadi ternyata bokap gue yang sekarang udah jadi bokap lo itu cerita semuanya sama lo dan engga sama gue yang anak kandungnya? Hahaha lucu sih kalau gue pikir-pikir."

"Bagaimana paman mau cerita sama kamu kalau setiap hari kamu tidak ada di rumah dan tidak mengijinkannya sebentar saja untuk mengobrol denganmu."

"Bacot! Udah dapet apa lo satu bulan menjadi anak pungut bokap gue? Udah di kuras hartanya?" Senyum menyeringai Raka.

BUGH!

"Mungkin selama ini saya diam mendengar perkataanmu terhadap saya. Tapi untuk satu hal ini, kamu sudah keterlaluan, Raka! Tidak pernah terpikirkan sedikitpun saya mengambil harta paman Seno. Tapi jika kamu menantang, baiklah saya akan merebut semuanya darimu!" Pukulan pertama kali dari Denis mendarat pada bibir Raka.

"Bangsattt!!!!" Amarah seorang Raka Alfian.

---

"Hey!" Denis melempar rokok dari tangan seorang siswi yang sedang berada di atas rooftop sekolah itu.

"Loh, lo?"

"Kamu?"

"Lo sekolah disini?"

Rupanya Denis dan Gladis pun bertemu kembali di sekolah.

"Lebih tepatnya murid pindahan baru satu bulan. Kamu berani bawa rokok ke sekolah? Bukankah sudah saya bilang merokok itu berbahaya?"

"Rokok udah jadi temen gue."

"Berteman itu sama manusia bukan sama benda yang bisa menyebabkan penyakit."

"Manusia juga bisa jadi penyakit. Ah udah deh, jadi nama lo siapa? Kelas berapa?"

"Nama saya Denis, kelas 12."

"Oh siap kak!"

"Panggil Denis saja, namamu?"

"Gue Gladis."

"Kalau begitu Gladis, kamu bisa cerita sama saya kalau ada sesuatu dan jangan merokok lagi!"

Jadi lo beneran mau cari masalah sama gue rupanya. -batin seseorang yang sedang menyaksikan percakapan Denis dan Gladis di atas rooftop.

AYAH || THE BOYZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang