41. Dia

101 9 2
                                    

TING NONG!!

Suara bel rumah Seno berbunyi di tengah malam seperti ini. Ia pun membuka untuk melihat siapa yang bertamu. Sorot matanya tertuju kepada tamu wanita yang berada tepat di hadapannya kini.

"Apa kabar, mas?"

"Mau apa kamu kesini?"

"Maaf mas, kedatangan aku kesini bukan untuk bertemu denganmu tapi aku ingin bertemu anakku."

"Apa kamu bilang? Ingin bertemu dengan anakmu? Siapa anakmu? Disini tidak ada anakmu!"

"Jangan halangi seorang Ibu untuk bertemu dengan anaknya."

"Sejak kapan kamu menganggapnya sebagai anakmu?"

"Dia memang anakku!"

"RAKA!!! RAKA, INI IBU!!"

DEG!

"Ibu?" Lirih Raka.

Pertama kalinya lagi dalam hidupnya, Raka bertemu dengan sosok yang selalu ia rindukan. Wanita itu ialah Ibunya Raka. Raka perlahan menghampirinya dan dipeluknya tubuh tinggi itu oleh sang Ibu.

"Raka sudah besar."

"Bun-"

"Maafin Ibu selama ini sudah meninggalkan Raka begitu saja, kamu pasti kecewa. Tapi Ibu tidak punya pilihan lain."

Seno mengepal kedua tangannya menyaksikan pemandangan yang tak pernah ia bayangkan sedikitpun. Akan tetapi baiklah, Seno memberikan ruang untuk mereka.

Di belakang halaman, Denis mendekati Seno yang terlihat sangat cemas.

"Paman, baik-baik saja?"

"Bunda Raka kemari."

"Bagaimana bisa? Setelah semuanya yang terjadi?"

"Saya cemas dan takut kalau ia akan membawa Raka."

"Itu tidak mungkin pa-"

"Itu bisa saja terjadi."

"Tapi kenapa, maaf. Bukankah dulu bibi tidak menganggap Raka sebagai anaknya?"

"Saya takut ia akan memanfaatkan Raka demi obsesinya terhadap kekayaan."

"Tenang paman, itu tidak akan terjadi."

---

"Raka, kenapa membawa koper?" Seno menghentikan putranya itu.

"Raka mau tinggal sama Ibu."

"Apa? Kenapa? Ini rumahmu, Raka."

"Benar, Raka. Disini rumahmu."

"Apa lo bilang? Kenapa lo seakan-akan gak mau gue pergi dari sini padahal seharunya lo seneng karena berhasil rebut semua uang gue punya."

Raka tidak mendengarkan permohonan Sang Ayah untuk tetap tinggal bersamanya dan tidak ikut bersama Ibunya. Dengan nafas yang sudah sesak, Seno terus mengejar Raka yang semakin menjauh di dalam mobil merah yang membawanya pergi.

"Paman!" Disaat Seno dalam masa sulit, Denis selalu ada untuknya. Ia memapah Seno untuk pulang ke rumah. Dengan telaten, ia merawat Seno yang suhu tubuhnya langsung tinggi karena kejadian tadi. Denis tidak tidur malam ini karena ia menjaga Seno dan terus memeriksa suhu tubuhnya.

"Raka." Lirih Seno terbangun dari tidurnya.

"Paman, Denis disini."

"Raka."

"Tenang paman, Raka pasti pulang. Maaf karena Denis semuanya menjadi berantakan." Nadanya berubah menjadi sendu.

AYAH || THE BOYZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang