Sungguh, Raka sudah tinggal bersama Ibunya selama dua minggu dan ia sangat tertekan di sana karena tuntutan dari sang Ibu untuk terus menghasilkan uang dari karya lagu yang dibuatnya. Karena sudah merasa frustasi, Raka pergi dari sana setelah berdebat panjang dengan Ibunya.
"Raka?" Seno terkejut dengan kehadiran Raka tepat di hadapannya.
Tidak ada jawaban apapun dari putra semata wayangnya itu, Seno menariknya ke dalam pelukannya. Begitu besar rasa rindunya kepada Raka. Tanpa Seno ketahui, tangan Raka sempat ingin membalas pelukannya namun, ia urungkan.
"A-ayo kita masuk, nak." Koper miliknya di bawa langsung oleh Seno ke dalam rumah.
Di dalam rumah, Raka tidak melihat kehadiran Denis. Ia penasaran kemana Denis pergi.
"Kemana, anak sulung Ayah?"
"Maksudmu, Denis?"
Raka pun mengangguk.
"Dia sudah tidak disini, Raka."
"Maksud Ayah?"
"Tiba-tiba saja orang tuanya datang dan membawanya pergi. Rumah terasa sepi, bukan? Karena kalian tidak ada disini bersama Ayah."
Lo ninggalin Ayah sendirian? Dasar anak pungut gak tau diri! Kesal Raka dalam batinnya.
"Bagaimana disana? Apa kamu bahagia?"
"Maaf, Ayah."
DEG!
Pertama kalinya, Seno mendengar kata 'maaf' dari sang anak dan pertama kalinya Raka bersikap lembut kepadanya, biasanya Raka hanya akan marah-marah tanpa alasan kepada Seno. Setelah mengucapkan kata 'maaf' Raka pergi menuju kamarnya, air mata Seno tumpah seraya melihat punggung Raka yang perlahan menghilang masuk ke dalam kamarnya.
"Raka Alfian, syukurlah kamu kembali." Lirihnya kecil.
--
Esok hari, Raka kembali ke sekolah. Sudah dua minggu sejak ia tinggal bersama Bundanya, Raka tidak bersekolah dan hanya fokus membuat sebuah lagu untuk dijual. Namun, bukannya ia langsung pergi ke kelasnya. Raka bergegas pergi ke kelas Denis untuk menemuinya. Saat di perjalanan, Raka melihat Denis yang sedang asik bercanda gurau dengan sosok gadis pujaannya yaitu Gladis.
"Kalau gitu gue duluan." Pamit Gladis memberikan ruang untuk keduanya.
"Gue mau ngomong sama lo."
"Ya sudah bicara saja."
"Kenapa lo pergi ninggalin Ayah sendirian?"
"Maksud kamu dengan ninggalin paman itu apa? Tunggu, saya tidak mengerti."
"Gak usah banyak cing cong! Lo pergi ninggalin Ayah demi tinggal sama kedua orang tua lo yang udah buang lo gitu aja?"
"Raka, kamu ini lucu sekali. Apa perlu saya belikan cermin untukmu? Kamu pun pergi meninggalkan paman Seno hanya demi Bundamu yang tidak pernah menganggapmu sebagai anaknya."
"Bajingan!!!"
"Apa? Mau pukul saya? Ayo pukul! Baiklah, akan saya jelaskan. Begini Raka, saya tidak benar-benar pergi meninggalkan paman Seno seorang diri tetapi saya hanya menginap untuk satu minggu saja di rumah kedua orang tua saya yang selama ini saya ingin melihatnya, tidak seperti kamu."
"Gue udah balik."
"Apa? Benarkah?"
"Kenapa? Lo gak suka?"
"Baguslah, saya senang kamu pulang. Jangan pergi lagi, Raka. Jangan tinggalkan Ayahmu! Kamu tidak tahu betapa menderitanya beliau saat kamu pergi."
Ayah menderita? -batin Raka.
"Paman Seno tidak fokus dalam apapun. Makan berkurang bahkan sampai tidak makan dan akhrinya sakit, pekerjaannya berantakan dan sering menangis."
Ayahh. -batinnya.
"Saya harap kamu membuka hatimu untuk Ayahmu. Beliau yang merawatmu sendiri dari kecil sampai kamu sudah sebesar ini sekarang. Membesarkan seorang anak itu tidak mudah. Paman Seno memiliki peran ganda dalam membesarkanmu, menjadi seorang Ayah sekaligus menjadi seorang Ibu untuk kamu. Temui paman, minta maaf kepadanya dan dengarkan penjelasannya."
Denis pun pergi sesudah memberikan nasihat kepada Raka.
---
"Raka sudah pulang?"
"Hm, kenapa di rumah? Gak kerja memangnya?"
"Ayah hanya sedang ingin melihatmu." Senyum Seno.
"A-anu ini, Raka beli nasi padang kesukaan Ayah."
Senyuman Seno terus mengembang melihat perubahan sikap anaknya.
"Kalau begitu, ayo makan sama Ayah."
"Raka gak lapar."
"Baiklah, temani Ayah makan."
"Ayah jangan manja- hhh.. Yaudah."
Raka sangat canggung rasanya dengan situasi tidak biasa seperti ini namun, berbeda dengan Seno yang merasa bahagia.
Semakin hari pun perubahan sikap Raka kepada Seno semakin terlihat meskipun Raka masih merasa sangat canggung dan berpura-pura tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH || THE BOYZ
Romantizm[COMPLETED] Perjuangan ayah membesarkan anaknya seorang diri, hubungan mereka tidak begitu baik karena adanya kesalahpahaman. Suatu hari seseorang masuk dan menjadi bagian dari keluarga mereka. Akankah hubungan antara ayah dan anak menjadi baik?