47. Confess

76 4 0
                                    

Di sebuah sungai yang biasa ramai sekali di kunjungi banyak orang hanya sekedar untuk bersantai di malam hari bersama teman bahkan keluarga, menghirup udara segar dan berkencan. Gladis menunggu kedatangan teman laki-lakinya sambil memandangi bintang di langit yang cerah malam ini.

"Sendirian mulu awas ada yang nyulik."

"Dateng juga lo."

"Kenapa, kangen sama gue?"

"Sekarang lo udah banyak bicara ya."

"Kebanyakan gaul sama lo."

Keduanya pun saling melempar tawa. Raka pun duduk dan ikut memandangi bintang di langit sana namun, tak lama pandangannya beralih kepada gadis di sampingnya yang sedang tersenyum.

"Iya gue cantik, tapi jangan kelamaan natap guenya nanti lo suka."

"Emang."

"Hm?" Pandangan Gladis pun beralih kepada Raka.

"Gue suka sama lo."

"Dih bercanda lo, ya?"

"Gue serius, Gladis. Gue suka sama lo."

"Hhh... Kebanyakan cowok juga kaya gitu, giliran udah tau latar belakang keluarga gue kaya gimana, wusshhh mereka pada ilang. Basii." Jawabnya.

"Kalau gitu lo bisa terbuka sama gue sekarang, gue kan udah selalu terbuka sama lo selama ini."

"Lo tahu gak, apa yang buat gue gak suka cerita sama orang lain?"

"Apa?"

"Mereka cuma penasaran dan akhirnya berujung ngasihanin gue atau bahkan ilfeel sama gue."

"Jadi lo gak percaya sama gue?"

"Musyrik."

"Serius, Gladis."

"Pa.. Gladis kangen sama papa, semenjak papa gak ada, Ibu kembali jadi diri Ibu yang dulu. Ibu yang selalu pulang larut dengan pakaian terbukanya dan bahkan gak pulang sama sekali. Ibu bilang kalau Ibu kembali kerja jadi wanita malam demi aku, pa. Katanya untuk biaya membersarkan aku. Gladis udah coba untuk bicara sama Ibu tapi Ibu gak mau dengerin Gladis malah Gladis yang di sebut Ibu sebagai beban hidupnya. Gladis sendirian, pa. Semua orang menjauhi Gladis, tetangga pun selalu membicarakan Ibu. Tapi lebih baik Gladis hidup susah dari pada harus hidup menggunakan uang haram. Maka dari itu, Gladis memutuskan untuk kerja meskipun papa bilang sama Gladis untuk jangan bekerja karena bekerja itu tugas seorang laki-laki. Tapi pa, Gladis gak benci kok sama Ibu. Gladis selalu ingat nasihat papa untuk jangan membenci seseorang meskipun orang itu berbuat jahat sama kita. Nasihat papa akan selalu Gladis ingat sampai kapan pun."

DEG!

Raka mendengarkan curahan isi hati Gladis untuk pertama kalinya, kini ia mengerti mengapa gadis ini bekerja keras untuk membiayai hidupnya sendiri di usia yang seharusnya ia hanya fokus dalam belajarnya untuk meraih cita-cita yang diimpikan.

"Om, tolong bilang sama anaknya kalau dia gak sendirian di dunia ini. Ada saya, om. Saya akan menjadi temannya, baik saat bahagia dan masa sulit sekalipun. Dan saya sendiri yang akan membuat anak om bahagia."

Gadis kuat di hadapan Raka pun pertama kalinya meneteskan air mata. Selama ini Gladis hanya berpura-pura kuat terhadap dirinya sendiri tetapi sebenarnya ia sangat rapuh.

"Kenapa tetep mau jadi temen gue seudah lo tau pekerjaan nyokap gue?" Tangisnya.

"Sekarang gue tanya balik sama lo, kenapa lo masih mau temenan sama gue saat lo tau gue nyimpan rasa benci sama bokap gue? Sementara apa yang diajarin bokap lo itu gak ada di diri gue."

AYAH || THE BOYZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang