Thirty two✓

3.1K 145 6
                                    

"Kalau Tuhan nggak nakdirin gue bahagia, seenggak nya Tuhan masih ngizinin gue buat liat Mama sama Papa bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau Tuhan nggak nakdirin gue bahagia, seenggak nya Tuhan masih ngizinin gue buat liat Mama sama Papa bahagia."

- Haikal Mahendra.

"Mama," lirihan itu keluar dari bibir Haikal saat melihat siapa pengunjung di meja no 08 VVIP.  Kedua mata indahnya menatap Mama dan keluarga barunya yang tengah bercanda tawa di sana.

"Itu Mama, ya Allah itu beneran Mama, kan?" Haikal berucap pelan dengan senyuman yang begitu mengembang. Matanya menatap wanita setengah baya yang sedang tertawa itu dengan tatapan binar.

"Haikal bakal ketemu Mama, Haikal bakal bisa meluk Mama." senyuman di bibirnya semakin mengembang kala dia membayangkan bisa memeluk Mamanya dengan begitu erat.

Pelukan hangat, pelukan yang selama ini dia rindukan, pelukan yang 5 tahun ini dia nantikan. Sebentar lagi, ya sebentar lagi dia akan merasakan pelukan itu kembali. Pelukan penuh kasih sayang seorang ibu untuk anaknya.

Lelaki dengan apron hitam bertulisan Take a bit cafe berjalan menuju meja no 08 dengan senyuman yang begitu mengembang menghiasi wajah tampannya. Kedua tangannya menjinjing nampan yang penuh dengan makanan dan juga minuman. Senyuman itu semakin mengembang kala kaki jenjangnya melangkah mendekat ke meja yang ada di depannya.

Tiga langkah lagi dia akan bertemu dengan wanita yang sangat dia sayangi, cinta pertamanya. Cinta pertama seorang anak laki-laki adalah wanita yang telah mempertaruhkan nyawa demi melahirkan dirinya. Kedua mata Haikal terlihat sangat berbinar. Perlahan tapi pasti, langkahnya kian mendekat menuju keberadaan Mamanya.

"Mama, " panggilan itu seketika mengalihkan atensi tiga orang yang menempati meja itu pun beralih menatapnya.

Senyuman Haikal kian mengembang kala Heni, Mamanya menatap dirinya dengan tatapan syok. Bahkan tanpa Haikal sadari, senyuman yang semula begitu lebar tadi kini luntur dari bibir wanita setengah baya itu.

"Ma, Haikal - " belum sempat Haikal menyelesaikan ucapannya, Heni terlebih dulu memotongnya.

"Ikut Mama." wanita setengah baya dengan pakaian feminimnya itu berdiri, memegang tangan Haikal dengan kasar.

Haikal tersenyum sambil menatap mata kelam Mamanya, "tapi ma-"

"Ikut Mama Haikal!" Heni berucap dengan tekanan setiap kalimatnya.

Haikal mengangguk, dia meletakkan nampan di atas meja itu dengan cepat.

Heni menarik tangan Haikal kasar dan berjalan dengan langkah lebarnya menuju halaman belakang cafe tersebut.

Haikal mengikuti langkah lebar mamanya, senyuman manis itu tidak pernah luntur dari bibirnya. Dia bahagia, sangat amat bahagia bisa melihat Mamanya dengan jarak sedekat ini. Setelah 5 tahun lamanya dia menantikan momen bahagia ini, dan sekarang semua penantian itu akan segera terbalaskan. Dia akan dapat memeluk Mamanya dengan begitu erat.

Rumah Tanpa Jendela [VER LENGKAP DI NOVELTOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang