Mata Lisa berkaca-kaca dan bergetar menatap layar ponselnya. Sementara tubuhnya membeku sambil memegang erat ponselnya. Jantungnya terasa amat sakit seperti tertusuk ribuan jarum.
Tiba-tiba ia merasa kalau ia sedang tenggelam di lautan dalam. Ia tidak bisa bernapas. Paru-parunya terasa sngat sakit, pandangannya menggelap. Suaranya hilang. Ia harus melakukan apa?
"Lisa!"
Sambil terduduk menyedihkan di atas lantai kamar tidurnya ia mendongak, mencari suara yang memanggilnya. Mata buramnya karena air mata menatap pilu pada sosok buram yang berlari mendekat padanya. Tubuhnya melemah, bahkan ponselnya sudah jatuh tegeletak saat tangannya sudah tidak lagi sanggup bergerak. Seluruh ototnya seperti kehilangan fungsinya.
"Bernapas, Lisa! Napaslah!" perintah yang terdengar sayup-sayup seakan berada jauh darinya.
Dengan kasar, Jungkook mencari kantung kertas. "Aku akan kembali. Berusahalah bernapas Lisa!" perintahnya sebelum melesat menuju dapur. Mencari kantung kertas yang akhirnya ia temukan.
Tadi ketika ia sudah masuk ke mobilnya, tiba-tiba perasaannya tidak enak. Jadinya ia kembali. ia menekan bel berkali-kali tapi tidak ada yang menjawab. Membuatnya semakin khawatir sampai ia menghubungi Jisoo untuk bertanya password rumah Lisa. Untungnya Eonni-nya Lisa itu tahu.
Dengan terburu-buru, ia memasukkan password enam digit itu lalu berlari masuk.
Ia sempat memeriksa banyak tempat sebelum ia menemukan Lisa yang jartuh terpuruk menatap kosong dengan air mata mengalir deras. Namun yang mengkhawatirkan adalah ketidak mampuan Lisa untuk bernapas. Ia seperti menahan napas begitu lama. Dan ketika ia memanggil, gadis itu tersadar, tapi menjadi kesulitan bernapas.
"Ini! Ayo benapaslah pelan-pelan, Lisa!" perintah Jungkook setelah memasangkan kantung kertas ke hidung dan mulutnya agar Lisa bisa bernapas. "Benar. Seperti itu. Perlahan saja."
Kini Lisa sudah jauh lebih tenang dibanding sebelumnya. Ia sudah bisa bernapas, tapi tidak mengatakan apapun. Untungnya ia masih mau menuruti Jungkook ketika lelaki itu menggendongnya dan menyuruhnya setidaknya duduk di atas tempat tidurnya.
Manik onyx Jungkook menatap khawatir pada Lisa yang kini menggenggam segelas air sambil menatap kosong entah kemana.
"Diminum, enggak akan abis kalau tidak diminum," ujar Jungkook sambil mendekatkan tangan yang memegang gelas ke mulut Lisa.
Namun, bukan menuruti permintaan Jungkook yang duduk di kursi samping tempat tidurnya, Lisa justru bertanya tanpa menatapnya.
"Apa kau tahu?"
"Tahu apa?" tanya Jungkook.
Lisa terkekeh. Gengamannya pada gelas di tangannya mengerat. Air matanya kebali mengalir, padahal ia tidak mengharapkannya. Tapi entah kenapa, matanya sama sekali tidak mengikuti keingnannya.
"Bohong!"
"Benar. Aku bohong. Lalu?"
"Kenapa?"
"Kenapa apa? Kenapa aku tidak bilang?"
Lisa tidak menjawab, tapi Jungkook tahu ia benar.
"Karena ini. Aku tahu kau serius dengan aktor itu," dengus Jungkook. Rasanya menyakitkan. Mengakui orang yang masih ia sayangi ternyata sudah menyayangi orang lain itu sulit. Tapi lebih menyakitkan lagi melihat orang yang biasanya selalu tersenyum kini menangis di depan orang.
"Aku menyedihkan ya?"
"Tidak! Orang itu yang menyedihkan!" tegas Jungkook yakin.
"Mungkin ini salahku," ujar Lisa menunduk. "Aku terlalu sering mengambil proyek di luar Korea. Bahkan untuk cameback solo pun, rekaman di luar negeri—."
KAMU SEDANG MEMBACA
Interlude
FanfictionJust some interlude story when I got bored Lisa x Boy Lalisa Manoban from Blackpink is the main character. Pict. Cr. Eagle Fanart (Instagram : Eaglehongdbart)