Three Wise Monkey

1K 149 14
                                    

🚫⚠ Contain violence and frightening materials ⚠🚫

¤¤¤

Careful what you wish for!💀



Lisa menggeleng tidak mengerti pada kumpulan siswi yang sedang bergosip. Gadis berkulit kusam dengan rambut berantakan dan diikat asal itu mencibir tidak mengerti dengan jalan pikiran siswi-siswi itu saat sedang membicarakan seorang aktor ganteng yang berperan sebagai psikopat.

"Duh kalo psikopatnya seganteng itu, gue mau dong diculik."

Suara salah seorang dari mereka. Membuat Lisa yang sedang duduk di seberang meja mereka terkekeh mengejek. "Sayang sekali, cantik-cantik kok bodoh," gumamnya.

Sebagai seorang profiler yang berhubungan dengan para para pelaku kejahatan, Lisa tahu persis betapa menakutkannya diculik oleh seorang psikopat.

Seganteng atau secantik apapun psikopat itu, diculik oleh mereka bukan hal yang menyenangkan. Tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukam oleh mereka. Apalagi mereka yang sudah tidak mampu merasakan emosi. Pada saat itu, mau menangis darah atau menjerit hingga pita suara putus pun tidak akan selamat.

Gerutuan dalam hatinya terpaksa berhenti karena ponselnya berbunyi. Menyebalkannya, ponsel yang berbunyi adalah ponsel yang sengaja Lisa khususkan untuk pekerjaannya. Itu artinya, Lisa harus kembali berhadapan dengan orang sakit jiwa lainnya.

"Proof photo. Sitting far from the door and I like it. I'll be there in thirty minutes," ketiknya melalui pesan singkat. Bersama dengan foto yang memperlihatkan tempatnya makan dan sekelompok remaja yang ingin diculik psikopat ganteng tepat setelah menutup sambungan teleponnya.

¤¤¤

Foto-foto korban serta TKP tersebar di atas meja kayunya. Sesekali tangannya membolak-balik lembaran kertas berisi laporan sementara sambil menyocokkan dengan foto. Terkadang Lisa juga menggaruk rambutnya yang berminyak dan sedikit berketombe.

"Bagaimana menurutmu?" Kim Namjoon, si kepala divisi satu yang dikenal dengan wajah yang terlihat lebih tua dari usia sebenarnya, mengejutkan Lisa yang sedang fokus.

Namjoon tertawa sambil membantu Lisa memunguti lembaran kertas laporan yang baru dijatuhkannya.

"Jangan muncul tiba-tiba saat aku sedang konsen," gerutu Lisa, menaruh kertas laporannya di atas meja.

Gadis itu lantas menatap wajah Namjoon yang masih tersenyum menunggu jawaban atas pertanyaannya. "Nih orang gak pernah ngaca apa yah?" batinnya menatap Namjoon yang menaikkan kacamata ketinggalan jamannya dan menyisir rambut berminyaknya. Padahal tampilan Lisa yang lusuh tidak bisa dibilang lebih baik daripada si kepala divisi satu.

"Menurutku, ada dua orang pelaku. Pelaku pertama adalah orang yang memberitahu siapa yang akan menjadi korban berikutnya. Lihat ini," Lisa menyodorkan foto korban-korban sebelumnya.

"Tidak ada kesamaan fisik, usia, jenis kelamin, hobby, dan bahkan mereka juga tidak saling kenal. Tempat mereka menghabiskan sehari-hari dan tempat mereka terakhir berada pun tidak berhubungan. Artinya, pelaku yang memberitahu siapa korban berikut adalah orang yang tingkat mobilitasnya tinggi. Kemungkinan seorang perempuan atau seseorang yang memiliki kesukaan dengan tempat-tempat yang populer menjadi daerah obyek selfie.

"Lalu kenapa aku bilang dua pelaku? Karena meskipun korban hilang di tempat yang jauh sekalipun, tubuh korban justru ditemukan di sekitar distrik delapan," jelasnya, sambil melingkari peta tempat distrik pertama berada.

"Melalui karakteristik luka yang terdapat di tubuh korban, pelaku yang melakukan penyiksaan dan membunuh korban -- aku menganggapnya sebagai pelaku kedua -- adalah seseorang lelaki. Meskipun tidak menutup kemungkinan kalau pelakunya perempuan yang memiliki kekuatan setara dengan lelaki.

InterludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang