A Cliche Story

2.2K 294 14
                                    

Lisa menampar wajah pemuda tampan di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa menampar wajah pemuda tampan di hadapannya. Ia tidak menyangka kalau pacarnya, pacar terlamanya mampu menyelingkuhinya dengan mudah. Manik bulatnya yang kini sudah berderai air mata menatap wajah tampan di hadapannya dengan marah dan terluka.

Saat ini, keduanya sedang duduk meleseh di lorong lantai tujuh kampus mereka yang sedang sepi karena jam pelajaran masih berlangsung. Kebetulan keduanya sedang tidak ada kelas.

"Jadi lo selingkuh? Sama Ai?" sinisnya. Sudah tidak ada lagi aku kamu dalam percakapan mereka. Bahkan kalau bisa ia mau menjambak dan memukuli pemuda yang sampai saat ini masih menjadi pacarnya karena Lisa belum menyebut kata putus.

"Maaf. Tapi itu bukan salahnya. Aku juga yang membuka hatiku," dengan menunduk pacarnya menjawab sekaligus membela selingkuhannya.

Lisa tertawa kering. Air matanya tiba-tiba saja berhenti. Padahal sejak awal, Lisa sama sekali tidak menyalahkan selingkuhannya. Ia menyalahkan adalah hubungan di antara keduanya yang terjadi sebelum hubungan dengan dirinya berakhir. Akibatnya kini jadi merasa bodoh, karena ingin mempertanyakan penyebabnya berselingkuh darinya.

Lisa terdiam, mengatur emosinya yang semakin membuncah. Sampai di sudut matanya, ia melihat seorang pemuda lain. Seseorang yang ia anggap sebagak kakaknya, meskipun jarak usia mereka hanya terpaut empat puluh dua hari.

"Ada apa?" tanyanya tanpa suara.

Lisa hanya menggeleng lalu kembali memusatkan perhatiannya pada pemuda sialan di depannya. "Atas dasar apa lo ngambil kesimpulan kalau gue nyalahin selingkuhan lo? Kenapa lo gak ngambil kesimpulan kalau ternyata gue nyalahin lo. Nyalahin burung lo yang gak bisa stay di sangkarnya sendiri dan memilih untuk hinggap ke lubang orang?" sinis Lisa. Tidak peduli dengan kata-kata vulgarnya. Lisa sudah tidak mau bersikap sebagai gadis manis lemah lembut lagi di depannya.

Pacarnya, terkejut mendengar kata-kata kasar yang Lisa ucapkan. Selama satu tahun lebih mereka pacaran dan selama tiga tahun masa mereka berteman, ia tidak pernah melihat sisi Lisa yang seperti ini.

"Kenapa? Lo kaget? Kaget karena gue ngomong vulgar atau kaget karena gue tahu lo sudah ngapain saja sama Ai?" Lisa menyipitkan matanya mencari jawaban di wajah si pacar yang memucat. Namun sebelum pemuda itu mengeluarkan suara, Lisa kembali bicara.

"Enggak usah dijawab. Gue juga enggak peduli sama apa saja yang lo sudah lakuin sama Ai. Bukan urusan gue juga. Ya sudahlah. Putus ya." Kalimat terakhir itu bukan pertanyaan tapi pernyataan. Lisa bukanlah orang yang mampu memaafkan orang yang pernah mengkhianatinya dengan selingkuh. Baginya, selingkuh itu fatal. Lebih baik putus daripada menjadi orang bodoh.

¤¤¤

Jung Jaehyun, sahabat yang dianggap kakak oleh Lisa memeluk tubuh kurus Lisa. Keduanya sedang berada di kantin, di meja paling pojok yang tersembunyi.

"Enough! Gak usah nangis. Orang selingkuh kok ditangisi."

"Berisik!" gerutu Lisa. Bukannya dihibur malah diledek.

InterludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang