Till Death do Us Apart

1.5K 205 3
                                    

Lalisa menoleh, menatap sesosok lelaki yang tidur di sampingnya. Kim Myungsoo, suami pura-puranya.

Dengan perlahan, Lalisa bangkit dari tempat tidurnya, memakai piyamanya yang berserakan di lantai. Langkahnya membawa Lalisa menuju dapur. Tempatnya membuat secangkir kopi panas untuk dinikmati.

Tanpa diminta, pikirannya melayang ke tahun-tahun silam. Dimana ia menjadi korban penculikan saat ia berlibur dengan kedua orang tuanya. Dan hari itu menjadi hari terakhir dirinya bertemu mereka. Karena sejak itu, Lalisa kehilangan semua jati dirinya.

Hasil dari cuci otak bertahun-tahun. Sehingga ia bahkan melupakan siapa nama aslinya dan bagaimana rupa kedua orang tua kandungnya. Saat itu, Lalisa baru berusia lima tahun.

Sejak itu, ia menghabiskan waktunya dengan berlatih berbagai macam hal. Dari belajar pengetahuan umum, kebudayaan, bahasa, cara hidup, bahkan cara-cara merayu lelaki. Bukan hanya otak yang dilatih, tetapi juga fisik. Lalisa setidaknya mengantongi lebih dari beberapa sertifikasi bela diri.

Saat usianya sembilan belas tahun, Lalisa mendapat tugas pertamanya. Menjadi kekasih gelap seorang senator dan mengorek semua informasi negaranya untuk dilaporkan ke organisasinya.

Hasilnya, organisasinya berhasil membuat prototype senjata rahasia milik negara si senator dan menguji coba di negara asalnya. Ribuan orang terluka dan tewas di hari itu.

"Sedang melamunkan apa, sayang," ujar suaminya yang entah sejak kapan berada di belakangnya sambil memeluk erat dirinya.

"Aku? Melamun? Benarkah?"

"Hmm. Cukup lama," jawab Myungsoo mengecup lembut pipi Lalisa lalu kembali memperhatikan istrinya. Menunggunya untuk menjawab. Tapi Lalisa lebih memilih bangkit dari duduknya dan mulai mengeluarkan bahan-bahan makanan untuk memasak sarapan. Sehingga Myungsoo hanya bisa menghela napas pelan dan memilih untuk memandangi Lalisa yang mulai sibuk memotong sayuran.

"Kau akan pergi ke laboratorium?" tanya Lisa sambil mengaduk-aduk telur yang akan dijadikan omelette.

"Sayangnya begitu. Dan mungkin aku tidak akan bisa pulang sampai beberapa hari ke depan."

Lalisa menoleh sebentar, menatap Myungsoo dengan kening berkerut. Lalu kembali menghadap fry pan nya tanpa mengatakan apapun. Namun Myungsoo sangat mengerti apa maksud tatapan istrinya, jadi ia tetap menjawabnya meskipun tidak ditanya.

"Aku harus memantau perkembangan virusnya. Jika kelewat satu fase saja, hasilnya belum tentu sempurna."

Lalisa mendengus sambil menyajikan sarapan mereka berdua.

"Kenapa? Kau akan merindukanku?" tanya Myungsoo yang sebelumnya mengecup dahi Lalisa sebagai ucapan terima kasih atas sarapan mereka.

"Jaga dirimu. Jangan terlalu lelah. Nanti malah kau yang terjangkit virus yang sedang kau teliti," ujar Lalisa, mengabaikan pertanyaan Myungsoo.

¤¤¤

Lalisa sedang sibuk mengambil bahan makanan sesuai daftar yang ia bawa saat sudut matanya menangkap pergerakan mencurigakan. Seakan tidak mengetahuinya, Lalisa tetap bergerak normal. Meneruskan berbelanja lalu membayarnya di kasir dan menaruhnya di bagasi mobil mungilnya.

Begitu ia melihat celah, dengan gesit Lalisa bergerak. Mengalungkan sebilah pisau di leher seorang lelaki yang tingginya tidak beda jauh dengannya.

"Siapa kau! Mengapa kau memata-mataiku?" desis Lalisa berbahaya di telinga si lelaki.

"Kim Jinhwan," jawab si lelaki yang sudah mengangkat tangannya cukup tinggi agar Lalisa melihat kalau dirinya tidak bersenjata.

"Siapa yang mengutusmu?"

InterludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang