Idol Story Part Three

861 136 12
                                    

Lisa duduk di atas sofa besar berwarna offwhite. Masih dengan gaun yang sama yang ia kenalkan di syuting Bvlgari. Manik matanya yang bulat, memindai ruangan tempatnya berada.

Si empunya apartemen justru sedang sibuk di dapur. Entah melakukan apa. Dari sejak mereka tiba, ia hanya meminta Lisa untuk duduk manis lalu ia melipir ke dapur setelah membuka jas hitamnya.

Jika saja ia tidak menggunakan gaun seperti sekrang, mungkin ia sudah kabur. Tidak! Jika tidak mengenakan gaun seperti itu pun, Lisa kemungkinan besar tidak kabur. Ia terlalu mengenal Eunwoo. Lelaki itu jauh lebih keras kepala darinya. Siapa yang tahu apa yang akan ia lakukan jika ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.

Namun terlepas dari semua itu, Lisa sudah lelah bermain kucing-kucingan. Benar kata managernya, ini tidak seperti dirinya. Iabukanlah orang yang tidak berani menghadapi masalahnya dan terus kabur seperti itu.

Bahkan ketika sebagian fandom group-nya saja menghujat dirinya hanya karena ia mendapat part lebih banyak dari biasanya di satu lagu sekalipun, Lisa tetap berdiri dengan kedua kaki dan menghadapinya. Lalu mengapa hanya karena seorang Eunwoo, ia tidak mampu.

Selain itu, bukankah Eunwoo berjanji akan berhenti merecokinya kalau semua masalah sudah selesai.

"Wait!" desis Lisa. Ia baru sadar kalau Eunwoo sama sekali tidak menjanjikannya. Merasa bodoh, Lisa kemudian bangkit dan berjalan menuju dapur dengan langkah kesal.

Sepertinya, kedatangannya sudah diharapkan oleh Eunwoo karena suara yang ditimbulkan oleh sandal yang dikenakan Lisa.

"Tunggu sebentar. Sebentar lagi selesai," kata lelaki itu sambil tersenyum. Sepenuhnya tidak mengindahkan wajah kesal Lisa.

"Kamu belum berjanji padaku."

Eunwoo tersenyum mendengar Lisa bicara. Setidaknya tidak seformal sebelumnya. Jadi, boleh kan Eunwoo berharap.

"Janji apa?"

"Kamu akan berhenti merecokiku kalau semua masalah selesai kan?"

Eunwoo hanya mengendikan bahunya. Tersenyum sambil mengambil baki berisikan makanan kecil yang sudah ditatanya di atas piring. "Bisa tolong bawakan ini?"

Dengan santainya ia menyerahkan baki itu ke tangan Lisa yang terkejut. "Aku harus membawa itu dan itu," tunjuknya ke arah botol wine, soju, dan dua buah gelas dingin.

Mata Lisa membulat melihat apa yang sudah dipersiapkan oleh Eunwoo. Tidak mungkin ia baru saja merencanakannya jika melihat gelas-gelas dingin itu.

"Kamu tidak mungkin berpikir kalau aku tidak akan membelinya hanya karena kita sudah lama tidak bertemu bukan? Aku tahu kamu tidak terlalu menyukai soju," cengir Eunwoo tidak acuh dengan keterkejutan Lisa.

"Aku sama sekali tidak berpikir ke arah sana," kesal Lisa begitu Eunwoo bergerak melewatinya menuju ke ruang televisi.

"Aku tahu," kekehnya. "Aku hanya mau bilang kok."

Sambil menghentak-hentakkan kakinya, Lisa berjalan membuntuti Eunwoo. Menaruh dengan hati-hati baki berisikan camilan di atas meja kaca di depan televisi sebelum memilih sofa single untuk diduduki. Namun sebelum ia berhasil duduk, Eunwoo dengan cepat sudah menarik tangannya dan membuatnya duduk di sisinya.

"Kita harus bicara. Jadi tidak perlu jauh-jauh kan."

"Itu tidak jauh juga kan. Apa kamu jadi tuli selama kita tidak bertemu?"

"Benar. Aku tuli karena aku tidak bisa mendengar rumor yang beredar di antara para idol soal kedekatanmu dengan idol lain. Terutama trainee dari Cina itu. Aku bahkan jadi terjangkit penyakit hati karena kamu."

InterludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang