"Tidak bisakah kau sedikit saja melihatku? Aku juga membutuhkanmu, Jungkook. Dan kau ingin meninggalkanku lagi hanya untuk kembali padanya?" raung Lisa berusaha mencegah suaminya pergi.
"Ia membutuhkanku, Lisa. Ghea sedang mengandung anakku dan ia sedang menginginkan sesuatu," geram Jungkook berusaha melepaskan genggaman tangan Lisa.
Wanita yang wajahnya sudah basah dipenuhi air mata itu menggeleng kuat. Ia tidak terima bagaimana Jungkook memperlakukannya. Ia tidak ingin kehilangan suaminya. Bodo amat jika orang menganggapnya tidak memiliki harga diri.
Kenyataannya memang demikian sejak ia mengijinkan suaminya menghamili sekretarisnya hanya karena ia belum bisa memiliki anak. Padahal menurut dokter, sel telurnya sangat sehat. Entah apa yang membuatnya belum juga hamil meskipun sudah menikah tiga tahun lamanya.
Karena ijinnya itu juga, ia perlahan kehilangan suaminya yang sejak malam pertamanya dengan Ghea semakin jarang pulang. Dan hari ini adalah kepulangan Jungkook untuk pertama kalinya setelah tiga bulan lamanya.
"Tapi kau baru sampai setengah jam yang lalu, dan kau mengatakan mau makan malam bersamaku karena sudah lama tidak bersamaku," kata Lisa dengan suara yang semakin mengecil. Keadaannya sungguh sangat menyedihkan sekarang.
"Padahal kau janji, besok mau pergi bersama ke makam orang tuaku. Apa kau sudah tidak lagi menganggap mereka mertuamu?!" jerit Lisa menatap marah pada Jungkook yang hanya menghela napas panjang sambil memejamkan matanya. Berusaha untuk tidak ikut emosi.
"Dengar Lisa, orang hidup lebih penting dari orang yang sudah meninggal."
"Kalau begitu, berarti aku tidak lebih penting dari Ghea. Toh kau tidak datang saat aku memintamu merayakan ulang tahunku bulan kemarin," tuduh Lisa yang mulai bisa mengendalikan tangisannya menjadi rasa benci.
"Karena janin yang dikandung Ghea lebih penting darimu. Ia masih begitu rentan untuk ditinggal!"
Lisa terkekeh lalu menundukkan kepalanya sebelum menarik napas dalam-dalam. Berusaha menetralkan segala emosinya. Kemudian ia mendongak menatap Jungkook dengan tatapan kosong.
"Baiklah. Maafkan aku. Aku terlalu kekanakkan," ucapnya datar tanpa emosi. Lebih sekedar seperti sebuah pernyataan karena sudah begitu malas menghadapi suaminya.
Jungkook tersenyum senang. Ia melangkah mendekati Lisa, memeluknya dengan erat dan mengecup puncak kepalanya. "Terima kasih. Kau memang istri terbaik," senyumnya setelah sedikit mundur menciptakan jarak di antara mereka agar dapat melihat wajah Lisa dengan jelas. Tanpa menyadari kalau Lisa sama sekali tidak menampilkan senyumannya yang biasanya ia berikan karena setelahnya, Jungkook langsung berlari pergi demi mencarikan permintaan Ghea yang bahkan belum resmi menjadi istrinya, meskipun sudah hamil anaknya.
¤¤¤
Lisa melihat-lihat kumpulan foto sepasang kekasih -- setidaknya terlihat seperti itu -- yang diberikan oleh dua sahabatnya. Maniknya memang mempelajari foto-foto yang sebagian diantaranya terlihat tidak senonoh, tapi bibirnya hanya tersenyum miring meremehkan tanpa berkomentar.
"Kau tidak akan melakukan apapun?" tanya salah seorang sahabatnya setelah menyeruput juice strawberry nya.
"Memangnya kau mau dia melakukan apa? Apa kau mau dia berkubang di lubang yang sama? Biarkan saja, Tukang selingkuh diselingkuhi, bukankah sepadan!" suara berat sahabatnya yang lain memarahi si gadis bermata kucing.
"Bagaimanapun mereka sudah menikah, Tae. Kau tahu kan kalau Jungkook begitu mencintai Lisa. Jadi tidak mungkin Jungkook memiliki pemikiran untuk memiliki anak dari orang lain jika tidak ada yang meracuninya," bantah Jennie -- si gadis bermata kucing -- pada Taehyung, saudara kembarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interlude
FanfictionJust some interlude story when I got bored Lisa x Boy Lalisa Manoban from Blackpink is the main character. Pict. Cr. Eagle Fanart (Instagram : Eaglehongdbart)