Sebuah mobil pickup melaju di kegelapan malam. Tidak ada bintang ataupun bulan. Mungkin karena mendung.
Lucas, pria yang mengendarai mobil pickup biru kusam itu menyetir mobilnya dengan waspada, menatap sekitarnya yang hanya terdiri dari hamparan rumput yang luas, di temani penerangan seadanya.
Seharusnya dia tidak pergi selarut itu, tapi apa mau dikata, pekerjaannya baru selesai tepat pukul sepuluh tadi.
Ia bahkan berusaha bergerak cepat agar tidak berkendara lebih larut lagi. Lucas langsung pulang ke apartemennya, menaruh barang-barang sepupunya di atas mobil bak yang sudah disiapkan hari sebelumnya, menutupinya dengan terpal dan mengikatnya kuat-kuat.
Tapi secepat apapun ia mengerjakan, tetap saja butuh waktu lebih dari satu jam untuk menyelesaikannya. Akhirnya ia baru benar-benar bisa berangkat saat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
Kesialannya hari itu masih berlanjut. Radio mobil tuanya ikut bermasalah, sehingga Lucas hanya bisa pasrah, menyetir dalam keheningan di kegelapan malam.
Ini kali pertama baginya, menyetir di malam hari dan sendirian. Tahu begitu, ia akan mengajak temannya tadi.
Lucas mencoba menghilangkan rasa sunyi mencekam dengan bersenandung kecil. Terlebih karena butiran air hujan perlahan mulai turun membasahi bumi.
Kesialan ketiganya.
Dalam pikirannya, ia hanya ingin cepat sampai ke rumah sepupunya yang akan menikah besok sore. Walau ia masih kesal kenapa juga sepupunya memilih untuk mengadakan pesta di desa terpencil.
Lucas masih saja sibuk menggerutu ketika tiba-tiba ekor matanya menatap seorang wanita berambut pendek berpakaian putih sambil menggenggam payung berwarna kuning meluruskan tangannya meminta tumpangan.
Untungnya Lucas cukup sigap menekan pedal remnya. Terlambat beberapa detik saja, mungkin Lucas bisa menyerempet wanita itu.
Dengan jantung yang berdetak kencang karena terkejut, ia menurunkan kaca penumpangnya, menyapa si wanita yang ternyata memiliki profil wajah yang menggemaskan.
"Bolehkah aku menumpang? Kau akan ke desa Bima kan?" tanya si wanita langsung pada intinya.
Lucas menatap wanita itu curiga. Siapa yang tidak curiga jika pada dini hari ada seorang wanita cantik berbaju putih, berdiri sendirian di pinggiran jalanan kosong.
"Aku bertengkar dengan pacarku, dan pacar brengsekku meninggalkanku begitu saja disini," cerita si wanita, seakan tahu kalau Lucas merasa ragu.
"Jadi, maukah kau menolongku? Aku berjanji akan mengganti uang bensinmu," ujar si wanita lagi karena tidak juga mendapatkan persetujuan dari Lucas.
"Masuklah."
"Terima kasih. Aku sudah putus asa tadi. Kukira aku akan berdiri kedinginan di malam hujan hingga nanti pagi," gerutu si wanita begitu ia sudah duduk manis di mobil Lucas.
"Namaku Lisa, kau?"
"Lucas."
"Apakah kau dari kota?"
"Hmm, jika yang kau maksud dengan kota adalah sebuah daerah yang berpolusi asap kendaraan, bisa dibilang aku berasal dari kota," ujar Lucas mencoba mengakrabkan diri dengan si wanita.
"Aku ingin sekali ke kota. Apa ini kali pertamamu ke desa Bima?"
"Ya. Sepupuku akan menikah besok."
Lisa hanya mengangguk-angguk menanggapi ucapan Lucas tanpa berniat bertanya lebih lanjut dan memilih untuk memfokuskan pandangannya ke arah terowongan yang sebentar lagi akan mereka lewati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interlude
FanfictionJust some interlude story when I got bored Lisa x Boy Lalisa Manoban from Blackpink is the main character. Pict. Cr. Eagle Fanart (Instagram : Eaglehongdbart)