Love Story

1.6K 225 15
                                    

Lisa mengangkat kepalanya yang sebelumnya rebah di atas tangannya begitu mendengar suara kunci dari luar pintu. Pasti Lee Taeyong. Si pemilik apartemen.

Dengan gembira Lisa berjalan anggun ke arah pintu untuk menyambutnya. Ia sudah begitu siap dipeluk Taeyong saat pintu terbuka. Namun ia kecewa karena Taeyong hanya melewatinya begitu saja.

Pemuda itu berjalan lunglai ke arah sofa kulit coklatnya tanpa peduli dengan Lisa. Ia melempar tas kerjanya di sofa single lalu mendudukkan dirinya di sofa yang lebih panjang dengan kasar.

Lisa memandangnya sendu. Masih di tempat yang sama dengan tempatnya berdiri saat ingin menyambut Taeyong. Namun tidak lama kemudian, wajahnya kembali ceria ketika mendengar suara Taeyong memanggilnya.

Ia bergegas mendatangi Taeyong yang menyandarkan kepalanya di senderan sofa sambil terpejam. Tanpa ragu, Lisa naik ke pangkuan Taeyong dan duduk manis di atasnya.

Mata Taeyong terbuka saat merasakan ada yang duduk di atas pangkuannya. Tangannya secara reflek mengelus puncak kepala Lisa yang begitu dinikmati oleh Lisa.

Manik bulat Lisa memandang Taeyong dengan binar, membuat si pemuda kembali sedikit tersenyum melihatnya. Sayangnya senyuman itu tidak berlangsung lama karena bulir air mata luruh begitu saja dari sudut mata Taeyong.

"Dia melakukannya lagi, Lisa," lirihnya sambil masih mengelus puncak kepala Lisa yang hanya diam, menunggu Taeyong yang dicintainya bicara.

"Sebenarnya apa kurangnya aku? Aku mencintainya. Begitu mencintainya hingga aku rela memaafkan semua perselingkuhannya," ujar Taeyong dengan mata menatap kosong.

"Padahal ia sudah berjanji untuk tidak melakukannya. Tapi ia melakukannya lagi," lanjut Taeyong yang kini sudah kembali terisak.

Lisa membiarkan saja Taeyong mengungkap semua kesedihannya tanpa berniat sedikitpun untuk menjawabnya. Namun manik bulatnya masih terus memandangi Taeyong yang kini menunduk dengan tatapan hangat. Berharap bisa memberi kekuatan kepadanya.

"Aku kembali memergokinya ciuman dengan lelaki lain, Lisa," ungkapnya. "Tapi aku tidak mampu berbuat apapun. Aku terlalu takut untuk menghampirinya. Terlalu takut ia akan marah jika aku menghampirinya. Terlalu Takut ia akan meninggalkanku," keluhnya lagi.

"Aku pengecut bukan?" tanyanya. Kali ini ia menatap wajah Lisa meminta jawaban. Namun lagi-lagi Lisa hanya diam, tapi kepalanya menggeleng. Mencoba membantah ucapan Taeyong yang mencela dirinya sendiri.

"Kenapa jatuh cinta begitu menyakitkan," lirihnya terluka.

Lisa mengerjapkan matanya. Rasanya ia ingin berteriak meminta Taeyong menyudahi hubungan tidak sehatnya dengan perempuan yang selalu selingkuh itu. Ingin ia berteriak agar hanya memandangnya. Perempuan yang selalu setia menunggunya di rumah. Selalu ada saat ia butuh teman. Namun kenapa Taeyong sama sekali tidak pernah memandangnya.

"Disaat seperti ini, aku selalu bersyukur karena memilikimu, Lisa. Kau selalu berada di sisiku. Disaat aku begitu terpuruk tanpa pernah menghakimiku."

'Kalau kau tahu, kenapa kau tidak memilihku?' batin Lisa.

Tiba-tiba, Taeyong merengkuhnya dengan erat dan mulai menangis kencang. Menangisi pacarnya yang mencuranginya.

Taeyong terus menangis hingga akhirnya air matanya berhenti sendiri dan mulai kembali mampu mengendalikan kesedihannya.

"Hah ... sudah jam berapa ini," katanya menatap jam di pergelangan tangannya. Terkejut karena ternyata malam sudah begitu larut, Taeyong tiba-tiba berdiri sambil menggendong Lisa dan bergegeas ke kamarnya.

"Kita harus tidur Lisa. Besok pagi ada rapat penting di kantor. Aku tidak boleh terlambat," infonya sambil menurunkan Lisa di atas tempat tidurnya, kemudian berjalan ke arah kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.

InterludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang