"Hati-hati!" serunya menatap gadis yang berada dalam pelukannya. Ia baru saja menyelamatkannya saat hampir tertabrak.
Lisa -- gadis yang baru saja hampir tertabrak -- membungkukkan badannya berterima kasih pada pemuda yang menyelamatkannya dengan wajah yang sama sekali tidak menyiratkan perasaan yang sama.
Bukan berarti Lisa tidak sopan, tapi ia memang dikenal irit emosi -- irit, bukan berarti tidak bisa. Entah tidak mampu atau karena memang tidak mau.
Setelah membungkuk, Lisa melangkah pergi begitu saja tanpa bicara. Tapi baru saja melangkah sekali, Lisa kembali menjerit dan hampir terjatuh jika -- lagi-lagi -- si pemuda tidak kembali menyelamatkannya dengan merangkul pinggangnya.
"Kuantar saja. Atau ada orang yang bisa menjemputmu tidak?"
Lisa menatap tidak suka ke manik si pemuda dan sedikit menjauhkan tubuhnya yang masih berada dalam pelukannya. "Siapa kau?" tanyanya dengan tatapan menyipit curiga. "Memang kau tahu dimana rumahku?"
"Na Jaemin, namaku," sahutnya sambil terkekeh dan melepaskan rangkulan tangannya dari pinggang Lisa karena melihat si gadis terlihat tidak nyaman. "Dan tentu saja aku tidak tahu kau tinggal dimana. Kita baru bertemu bukan?"
"Lalu --."
"Lalu aku hanya ingin membantumu. Karena itu aku juga bertanya apa tidak ada yang bisa menjemputmu? Kakimu terlihat parah," katanya melirik ke pergelangan kaki Lisa yang mulai membengkak dan memerah. "Lagipula, aku merasa bersalah. Karena aku menarikmu, kakimu jadi terkilir."
"Tapi kalau kau tidak menolongku, aku mungkin sudah mati," gumam Lisa pelan yang masih bisa didengar oleh Jaemin.
"Jadi, ada orang yang bisa menjemputmu? Jika tidak, aku bisa menggendong ... maksudku memapahmu," ralatnya cepat begitu melihat manik Lisa yang membulat terkejut. "Oh, dan siapa namamu?"
¤¤¤
Sore itu, adalah hari pertama mereka berkenalan dan menjadi teman. Setidaknya untuk Lisa karena tidak demikian untuk Jaemin. Pemuda itu sudah menjadi stalker Lisa selama lebih dari enam bulan. Ia mengikuti setiap kegiatan Lisa seperti bayangan tanpa sekalipun Lisa tahu.
Sejak itu, Jaemin sering muncul tiba-tiba di rumah Lisa. Kebetulan Lisa memang tinggal sendiri karena semua keluarganya berada di luar kota. Tanpa terasa mereka menjadi akrab meskipun perangai Lisa tidak jauh berbeda,irit emosi dan tidak pernah sekalipun memperlihatkan senyumannya. Namun ada kalanya saat Jaemin tanpa sadar berdebar karena melihat Lisa.
Terlebih saat seperti sekarang. Ketika Lisa berpakaian rapih dan bersiap mau pergi. Gadis itu menjadi terlihat berbeda dari biasanya yang hanya memakai kaus kebesaran dengan celana training. Jangan lupakan rambut acak-acakannya dan kacamata bulatnya yang besar.
Di saat seperti ini, Lisa begitu bersinar. Membuat jantung Jaemin seringkali berdetak tidak wajar. Terkadang ia bahkan suka terbengong tanpa sadar akibat terlalu terpukau.
"Ada apa?" suara Lisa menyadarkannya dari kekagumannya memandangi Lisa.
"Ah ... aku ingin mengajakmu makan di luar. Tapi sepertinya kau akan pergi?" tanya Jaemin menyelidik.
"Hmmm. Maaf, aku ada janji," sahut Lisa. "Bye!" Lisa begitu saja melenggang pergi setelah berpamitan. Tanpa menunggu Jaemin membalasnya.
¤¤¤
"Bersiaplah! satu bulan lagi adalah harinya. Jangan sampai gagal. Kau sudah menbuntutinya hampir setahun."
Jaemin memberi hormat kepada pria tua berseragam militer dengan dengan tanda enam bintang. Sebuah pangkat tertinggi di dunia kemiliteran Amerika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interlude
FanfictionJust some interlude story when I got bored Lisa x Boy Lalisa Manoban from Blackpink is the main character. Pict. Cr. Eagle Fanart (Instagram : Eaglehongdbart)