Four Seasons Series - Spring

904 184 18
                                    

Just like Spring, you make a flower bloom in my heart again ....

Lisa baru saja mengusir Mark yang terus mendatanginya. Pemuda itu bahkan harus diseret keluar dari ruang kerja Lisa. Ia bukan lagi gadis berusia 23 tahun yang naif.

Baru saja beberapa menit ia tenggelam dengan pekerjaannya, Lisa kembali diusik dengan suara-suara ribut di depan kantornya. Kali ini Chanyeol yang berusaha masuk. Begitu tahu tidak akan berhasil masuk, pemuda itu malah berteriak. Berusaha menjelaskan apa yang ia rasakan selama ini.

Bagaikan angin, Lisa sama sekali tidak peduli. Hatinya kini sudah sedingin es. Tidak ada lagi perasaan yang tersisa untuk kedua pemuda di masa lalunya.

Jihoon yang sejak awal keributan berada di ruangan yang sama dengan Lsia hanya bisa menggeleng sedih. Melihat bagaimana kakaknya begitu dingin menyikapi keadaan riuh di depan ruangannya.

"Kak," panggilnya yang hanya dijawab dengan deheman oleh Lisa. "Lihat apa yang kupunya," ujarnya memperlihatkan sebuah amplop dengan logo sebuah maskapai penerbangan.

Lisa sama sekali tidak mempedulikannya dan terus membaca laporan yang ada di mejanya. Hingga sebuah amplop yang dijulurkan Jihoon menutupi laporan yang tengah dibacanya.

Kepalanya mendongak, menatap Jihoon untuk meminta penjelasan.

"Sekali-kali kakak harus memberikan hadiah pada diri kakak sendiri. Kakak sudah bekerja begitu keras tanpa liburan sejak lulus kuliah," ucap Jihoon bersungguh-sungguh. "Dan sekarang Jepang sedang sangat cantik. Musim semi di Jepang begitu menakjubkan. Kau harus melihatnya," bujuknya.

"Dengan kakak kesana, mungkin hatimu juga akan kembali menghangat," batin Jihoon.

¤¤¤

Lisa menikmati suasana damai musim semi di Jepang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa menikmati suasana damai musim semi di Jepang. Ia memilih untuk menghabiskan sore itu di salah satu taman. Memperhatikan bagaimana keluarga, teman, dan kekasih bersenda gurau di bawah pohon sakura.

Kicauan burung yang bersahutan dan angin semilir yang menerpa rambutnya sedikit mampu menciptakan senyuman tipis pada bibirnya. Benar kata Jihoon. Ia memang butuh liburan. Harusnya sejak lama ia melakukannya.

Gara-gara terlalu larut dengan rasa sakit pengkhianatan, ia lupa untuk peduli pada dirinya. Andai saja Jihoon dan orang tua mereka ikut, mungkin akan lebih menyenangkan, pikirnya.

Lamunannya terusik akibat tetesan air dari langit yang tiba-tiba deras. Sedikit panik, Lisa terburu-buru mengambil tasnya dan berlari menuju tempat berteduh. Pandangannya yang terus tertuju ke jalan karena takut tergelincir justru membuat Lisa menubruk seseorang.

"Sumimasen," ucap Lisa sambil membungkukkan tubuhnya berkali-kali.

"Ah ... No. I'm sorry. I didn't watch my step too," sahut orang yang ditabrak dalam bahasa inggris yang kaku.

InterludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang