A Stalker?

1.7K 230 29
                                    

Sepasang mata bulat memandang seorang pemuda yang tingginya menyamai atlet basket dengan binar. Bibirnya tidak juga berhenti tersenyum, membuat orang-orang yang berlalu lalang di dekatnya menatapnya curiga.

Tidak jauh dari tempat gadis yang bernama Lisa itu berjongkok dan bersembunyi, duduk seorang pemuda lain yang berkulit kecoklatan di meja kafe sambil menatap malas kelakuannya. Lihat saja, Lisa saat ini sedang berjongkok di balik semak-semak seperti penguntit sambil menatap penuh damba seorang pemuda penjual bunga di toko yang ada di seberangnya.

Sesekali -- kalau Taehyung tidak salah lihat dan kemungkinannya juga kecil -- punggung tangan si gadis mengelap sudut bibirnya. Bahkan jika benar-benar didengarkan, pekikan-pekikan kecil meluncur dari bibirnya. Terutama ketika saat si jangkung sedang memindah-mindahkan pot bunga sehingga otot bisepnya terpampang jelas di balik seragamnya.

"Heh gila!" seru Taehyung yang sudah tidak sabar melihat kelakuan tetangganya. "Lama-lama lo bisa diciduk polisi karena disangka stalker tau!" sambungnya masih dengan suara kencang.

Manik bulat Lisa mendelik kesal pada tetangganya yang duduk manis ditemani segelas cokelat panas. Suaranya itu loh, ngalah-ngalahin suaranya Junhoe, kembarannya. Bisa-bisa, dia ketahuan lagi merhatiin Rowoon ganteng. Kan bahaya.

"Berisik lo! Pergi sana. Ganggu banget sih. Kalau sampai ketahuan ...." Lisa menghentikan ucapannya tapi meneruskannya dengan menggerakkan ibu jarinya di lehernya seperti gerakan memotong.

Taehyung hanya bisa menghela napas panjang-panjang. Untuk meredakan kekesalannya, ia menyeruput cokelat panasnya tanpa sadar. Dan secepat cairan itu menyentuh bibirnya, Taehyung langsung dengan cepat menyemburnya kembali. Mengundang beberapa pasang mata menatapnya jijik.

Taehyung tidak peduli. Manik tajamnya masih terus memusatkan perhatiannya pada Lisa yang saat ini sedang menutup mulutnya yang terkikik gemas karena Rowoon sedang bermain dengan kucing kecil di depan toko bunganya.

"Cih!" cibir Taehyung malas.

"Gue heran, kok lo betah sih disini?" tiba-tiba, pemilik suara toa asli berkumandang di dekat telinga Taehyung yang membuatnya terlonjak kaget, sekaligus mengundang perhatian hampir sebagian besar orang. Termasuk Rowoon yang kini tersenyum lebar menatap kedua orang yang dikenalnya.

Tanpa ada yang mengajak, Rowoon melangkahkan kaki panjangnya menuju meja Taehyung dan June yang kini juga sudah seenaknya saja duduk di sebelahnya.

"Dari kapan lo di sini? Kok gak manggil gue sih?" tanya Rowoon begitu menempatkan bokongnya di satu-satunya tempat duduk yang kosong.

Taehyung diam saja, membiarkan Junhoe yang menjawab karena manik matanya kini sedang memperhatikan Lisa yang bertingkah canggung. Gadis itu sedang serba salah, antara mau bangkit atau tetap jongkok. Akhirnya ia memilih untuk setengah jongkok setengah berdiri dan melangkah mundur, secepat yang ia bisa.

Manik bulatnya sesekali mengintip dari sela-sela jarinya yang berusaha menutupi seluruh wajahnya. Ia hampir saja berhasil kabur jika Rowoon tidak tiba-tiba bertanya pada Taehyung yang masih sok elegan menyeruput cokelat panasnya.

"Lisa lagi dipingit dong ya? Kok lo gak dipingit juga sih?"

"Lisa dipingit?" tanya June terbahak-bahak. "Mana bisa! Cewek kelakuan kayak tarzan gitu dipingit. Bisa-bisa rumah gue hancur dul — Ouch!" pekik Junhoe kesakitan karena tiba-tiba kepalanya terasa pusing. "Yak! Ups!" cengir Junhoe mengelus kepalanya. Untung ia belum sempat mengumpat karena lebih dulu melihat sosok kembarannya yang melotot tajam di depannya. Bisa-bisa bukan hanya kepalanya yang jadi korban.

Taehyung hanya bisa terkekeh mengejek yang terdengar amat jelas di telinga Lisa. Jika tidak ingat ada Rowoon di sana, rasanya Lisa mau memiting leher Taehyung saat itu juga.

InterludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang