Halloween

1.2K 212 10
                                    

"Jadi, dua ribu tahun lalu Halloween yang kalian rayakan sekarang adalah perayaan akhir tahun bangsa Celtic yang konon telah punah," jelas seorang wanita bertubuh gempal yang berdiri di sisi kanan depan kelas sambil membaca bukunya.

"Mereka menyebutnya Festival Samhain. Dirayakan setiap tanggal 31 Oktober karena menurut kepercayaan mereka, pada tanggal itu pintu perbatasan antara dunia gaib dan manusia terbuka," lanjutnya sambil memperlihatkan gambar ilustrasi pendeta Celtic yang sedang merayakannya. Tidak peduli dengan keadaan para siswanya yang sebagian sudah mulai berada di alam mimpi.

"Psstt ...," desis seorang siswa berambut gelap, berusaha menarik perhatian seorang gadis yang tertidur di meja sebelahnya. "Lalisa!" panggilnya lagi dengan suara tertahan. "Ish!" gerutunya sambil merobek-robek kertas, memulungnya menjadi bola-bola kecil lalu menimpuknya ke arah gadis itu.

"Yak!"

Eunwoo — siswa yang sibuk membangunkan Lalisa — terkejut mendengar teriakan Lalisa yang berteriak sambil berdiri. Begitu juga dengan guru sejarah mereka dan siswa lainnya. Namun sedetik kemudian, keadaan menjadi ramai. Mentertawakan serta mengejek Lalisa yang mukanya telah merona karena tertangkap basah tidur di dalam kelas.

"Potong sepuluh poin Lalisa," tutur Bu Myra tegas lalu kembali melanjutkan penjelasannya seperti tidak terjadi apa-apa.

¤¤¤

"Hei, jangan marah dong," bujuk Eunwoo mencolek-colek lengan Lalisa yang berjalan keluar kelas dengan cepat.

"Berisik!"

"Ayolah. Aku cuma mau ngajak ngerayain malam Halloween di hutan sebelah."

Lalisa berhenti berjalan lalu dengan kasar berbalik, menghadap Eunwoo yang terkejut dengan gerakan tiba-tibanya. "Kau tahu kan kalau kita dilarang kesana karena hutan itu konon tempat tinggal bangsa Celtic?! Apalagi di malam Halloween"

"Justru itu. Siapa tahu kita ketemu sama Druid."

"Druid?"

"Makanya kalau pelajaran jangan tidur. Druid itu pendeta Celtic. Bagaimana?" jelas Eunwoo membuntuti Lalisa yang kembali berjalan menuju lokernya

"Entahlah. Memikirkan harus berjalan di hutan saja sudah melelahkan," ucap Lalisa bersungguh-sungguh sambil memasukkan bukunya ke loker.

"Ayolah, Lice. Aku yakin akan menyenangkan. Apa kau tidak bosan merayakan Halloween dengan kegiatan yang sama setiap tahun?" bujuk Eunwoo tanpa menyerah.

Lalisa menghela napas panjang. Eunwoo dan maunya, akan sulit dibantah. Kalaupun ia mengatakam tidak akan ikut, pemuda keras kepala itu pasti akan pergi sendiri. Dan Lalisa tidak akan tega membiarkannya pergi sendiri.

"Kapan kau menjemputku?" tanya Lalisa pasrah yang disambut dengan senyuman lebar sahabat gilanya.

¤¤¤

Sesuai janji, malam itu mereka mendatangi hutan di kota sebelah. Berbekal sebuah senter keduanya memasuki hutan berkabut tebal. Saling berpegangan tangan. Bukan dalam konteks romantis. Hanya agar tidak merepotkan jika terpisah akibat kabut.

Diiringi gerutuan Lalisa yang mempermasalahkan jubah putih berlengan panjang bertudung kerucut, keduanya terus berjalan tanpa istirahat.

"Kita harus mengenakannya. Jubah ini yang biasa Druid gunakan saat mereka mengadakan ritual," jelas Eunwoo untuk ke sekian kalinya.

"Terus kenapa? Bukannya kita hanya perlu melihat? Ngapain —."

Lalisa membeku. Bulu kuduknya meremang seperti kucing yang merasakan adanya bahaya. Genggamannya pada tangan Eunwoo semakin mengerat. Membuat pemuda itu meringis.

InterludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang