Rakha berjalan pelan memasuki kamar Mala setelah ia membuka pintu kamar Mala dengan kunci cadangan yang ia bawa.
Rakha berjalan menghampiri gadis yang sedang tertidur dengan guling yang ada dipelukannya dan dengan seragam sekolah yang masih melekat ditubuhnya.
Rakha berjongkok di bawah samping tempat tidur yang Mala tempati. Ia menatap lekat kearah gadisnya yang tertidur pulas dengan jejak-jejak air mata yang sudah mengering disana.
"Maafin aku, La. Kamu tidur dengan keadaan nangis kayak gini." Rakha saat ini benar-benar dilanda penyesalan yang teramat besar.
"Sayang bangun." Rakha menyentuh puncak kepala Mala dan mengusapnya lembut disana.
"Sayang..." seru Rakha dengan lembut yang mendominasi.
"Eughhh..." lenguh Mala dengan mengucek kedua matanya. Ia mengerjap berusaha menetralkan cahaya yang masuk kedalam matanya.
"Ra--Rakha." dengan segera ia bangkit dari tidurnya dan sedikit menjauh dari sentuhan tangan Rakha.
"Ngapain disini?" tanya Mala.
"Aku kesini buat bangunin kamu. Bunda sama yang lainnya udah nungguin kita dibawah." jawab Rakha.
"Kamu keluar!" ketus Mala.
"La, ak---"
"Keluar, Rakha!" Mala membuang tatapannya ia seperti enggan bertatapan dengan Rakha saat ini.
"Tapi bund---"
"Kamu duluan! Aku nanti nyusul!" sungut Mala sembari membuang muka. Hati Mala saat ini masih dilanda kekecewaan.
Rakha memejamkan matanya, ia berusaha mengontrol emosinya saat ini dan detik selanjutnya ia menghela nafasnya.
"Aku minta maaf, ya, La. Aku tahu kamu pasti masih kecewa sama sikap aku yang tadi. Tapi aku tadi gak bermaksud ngebentak kamu, La. Aku tadi kebawa emosi." lirih Rakha. Ia menatap Mala dengan tatapan sendunya. Namun Mala tidak merespon perkataan Rakha sama sekali. Dia hanya diam masih dengan membuang mukanya.
Rakha tahu Mala pasti masih kecewa, "Aku keluar dulu, ya, La. Aku tunggu dimeja makan." ujar Rakha bangkit dari posisinya lalu berjalan keluar dari kamar Mala. Sesampainya diambang pintu kamar Mala, Rakha sempat menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang guna melihat kearah Mala.
"Aku minta maaf, La." entah keberapa kali Rakha mengucapkan maaf. Namun Rakha tahu, kata maaf aja tidak cukup menyembuhkan luka hati Mala. Rakha akui sikapnya tadi sudah begitu keterlaluan, ia tanpa sebab membentak dan memarahi istrinya. Bahkan Mala saja tidak tahu apa keslahannya.
Setelah bergumam, Rakha memilih untuk melanjutkan langkahnya dan benar-benar keluar dari kamar Mala setelah menutup pintunya.
Setelah pintu kamarnya tertutup rapat, Mala menatap pintu itu dengan tatapan nanarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKHA
Teen Fiction⚠️ Warning! Banyak bahasa kasar dan adegan kekerasan. Jadi, bijaklah dalam membaca setiap paragraf! "Kita adalah dua insan yang memang sengaja dipertemukan oleh takdir." ___________ "Jangan jauh-jauh dari gue. Bunda udah percayai gue buat jagain lo...