"Jadi umurmu sudah 28 tahun?" Tanya Zoya memakan es creamnya dengan sendok kecil melihat Derion yang duduk diam bekerja dimeja kerja, sedangkan Zoya duduk disofa hanya memakai kemeja Derion dan celana dalam saja karena mereka selesai melakukan hal panas.
Zoya melihat detail Derion karena masih tak percaya kalau umur Derion sudah setua itu tapi wajah Derion masih menunjukkan umur 21 an, Zoya mengigit sendoknya dan berpikir perkataan Lesya Adik Derion yang mengatakan kalau Derion sedang mengerjakan misi dikampusnya, tapi misi yang dijalankan Derion itu misi apa sampai harus memalsukan datanya.
"Lalu aku harus memanggilmu apa?" Tanya Zoya kemudian membuat Derion mendesah melihat Zoya.
"Tidak perlu kau pikirkan." Ucap Derion kembali fokus kerja.
"Apa aku harus memanggilmu Kak? Atau Paman? Atau Om?" Tanya Zoya berpikir.
"Terserahmu." Ucap Derion masih fokus pada pekerjaannya.
Zoya berpikir lagi. "Aku akan memanggilmu Derion saja." Ucap Zoya berdiri dan akan keluar dari ruang kerja Derion.
"Mau kemana?" Tanya Derion yang melihat Zoya akan pergi.
Zoya melihat Derion malas. "Buang air besar, kau mau ikut?"
Derion hanya menatap Zoya lalu kembali fokus pada laptopnya membuat Zoya memutar bola matanya malas lalu pergi dari ruang kerja Derion sambil mendumel, entah kenapa Zoya terlihat seperti biasa saja padahal baru disekap beberapa hari dan itu membuat Zoya mulai terbiasa dengan perilaku Derion meskipun ada rasa takut sedikit.
Saat Zoya memasuki dapur Zoya membuka kulkas dan menaruh es creamnya yang masih tersisa, Zoya diam menutup kulkas lalu matanya melihat sebuah meja dapur ada pajangan pisau dapur. Zoya diam lalu melihat kearah dimana ruang kerja Derion, lalu Zoya diam dan pergi menuju kamarnya.
Dua jam setelah itu dan hari mulai sore Zoya turun dari tangga dengan mengenakn dress selutut lalu menuju dapur, Zoya tersenyum ketika melihat salah satu pelayan sudah ada didapur membereskan sayur-sayuran didalam kulkas.
"Bukannya para maid diminta cuti?" Tanya Zoya menuang air mineral di gelas.
"Saya diminta Tuan Derion untuk membeli bahan dapur Nyonya." Ucap maid itu.
Zoya mengangguk paham. "Aku diminta Derion mengambil tali, kau tau dimana tempatnya?"
Maid itu mengerutkan dahinya bingung. "Baik, saya ambilkan sebentar."
Derion mendesah lalu menyandarkan tubuhnya pada kursinya karena sudah menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda, Derion meminum air mineralnya di gelas lalu mengusap matanya yang lelah seharian melihat layar laptop. Derion melihat kearah pintu kemana Zoya pergi lama sekali tidak kembali-kembali, apa mungkin dia tertidur. Derion berdiri ingin menyusul Zoya tapi pintu ruang kerjanya terbuka dan masuklah Zoya yang memakai gaun biru dan riasan tipis.
Zoya tersenyum mendekati Derion membuat Derion mengerutkan dahinya heran kenapa Zoya membawa sebuah tali.
"Kenapa kau membawa tali?" Tanya Derion.
Zoya mengalungkan kedua tangannya dileher Derion dan Derion langsung memegang pinggang Zoya, Zoya tersenyum lalu mengusap dada Derion dengan sensual. "Aku ingin lagi, tapi harus aku yang memimpin."
Derion diam melihat sikap Zoya yang aneh tidak seperti biasanya yang selalu ketakutan kepada dirinya. "Apa yang kau rencanakan?" Tanya Derion dengan tajam mencengkram pinggang Zoya.
Zoya melihat Derion meringis menahan sakit karena cengkraman Derion dipunggungnya. "Tidak ada, aku tidak merencakan apapun. Aku selalu berpikiran jika aku bersamamu kehidupanku akan terpenuhi tanpa harus memikirkan bagaimana cara menjadi kaya, kau bisa aku manfaatkan selagi kau masih memanfaatkanku sebagai pemuas nafsumu."
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION
Teen Fiction"Aku ingin sekali mengurungnya, menciumnya, menjilatnya, membuatnya mendesah dibawahku dan menyebut namaku, dia milikku." -Derion Mervis-