Zoya bergerak dalam tidurnya dengan keringat dingin sambil bergumam ketakutan, mencengkram selimutnya saat seseorang didalam mimpinya ingin membunuhnya dan orang yang ada didalam mimpinya itu adalah Derion. Zoya langsung membuka matanya dan duduk dengan nafas yang tersengal-sengal saat Derion benar-benar membunuhnya dalam mimpi, Zoya memegang tubuhnya takut tidak merasakan sakit yang berarti itu mimpi, tapi mimpi itu terasa nyata.
Zoya mendesah.
"Akkh!!" Pekik Zoya kecil saat tangganya dijatuhnya kepaha terasa linu dipahanya dan Zoya langsung menyimbak selimutnya.
Zoya mendesah lagi melihat ia hanya mengenakan celana dalam dengan paha yang dibalut perban, ternyata luka ini bukan mimpi. Zoya ingat betul bagaimana Derion menusuk pahanya menggunakan pisau dan rasanya itu sangat menyakitkan, Zoya memegang perban itu pasti ia sulit berjalan karena luka ini.
Memikirkan kejadian itu entah tidak tau tapi yang pasti Derion kali ini akan benar-benar mengawasinya dengan ketat, mendengar ucapan Derion yang akan mematahkan tangan dan kakinya sepertinya itu tidak akan main-main jika dirinya mencoba kabur lagi. Zoya mengusap wajahnya kasar dirinya terlalu gegabah dan hasilnya seperti ini.
Zoya mengambil air yang ada disamping meja lalu langsung meminumnya hingga tandas, Zoya mencengkram gelas kaca yang sudah kosong itu mulai tidak bisa menahan dirinya untuk tetap tenang. Ingin sekali Zoya membunuh Derion yang sudah memperburuk kehidupannya, hidupnya sudah cukup buruk dan dengan kedatangan Derion makin memperburuk keadaannya.
Pyar!!
Zoya meluapkan kemarahannya dengan melempar gelas itu ke dinding hingga pecah berkeping-keping.
"Sialan!! Aku bunuh kau Derion!!" Teriak Zoya dengan emosinya.
"Arkkhh!! Brak!!" Teriak Zoya melempar barang-barang yang ada dinakas hingga berantakan.
Zoya mengusap wajahnya kasar dan berhenti menangis, sedangkan Derion diam melihat kejadian itu melalui layar monitor dan mendengar yang dikatakan Zoya, Derion telah memantau Zoya sedari tadi hanya untuk melihat reaksi Zoya ketika gagal kabur. Derion sengaja memasang kamera dan alat sadap didalam kamar, supaya bisa melihat apa yang dilakukan Zoya selama pengurungan ini terjadi.
"Kau memberontak semakin kau mempersempit kebebasanmu Zoya, aku tidak selembut itu jika kau memberontak padaku." Gumam Derion melihat Zoya yang sudah diam seperti memikirkan sesuatu.
"Didalam sana kau tidak akan bisa melakukan apapun Zoya, tidak ada yang bisa kau gunakan senjata." Ucap Derion bersandar pada kursinya, Derion ingin melihat sejauh mana Zoya akan berusaha kabur.
"Apa yang aku lakukan sekarang?"
Sura Zoya terdengar membuat Derion tersenyum miring. "Tidak ada yang bisa kau lakukan Zoya."
"Apa aku harus mati disini juga?"
Derion semakin menyukai Zoya karena sikap Zoya. "Ya kau menjalani hidupmu disini menemaniku sampai kau mati Zoya."
Zoya melihat serpihan pecahan gelas itu dilantai lalu Zoya menyimbak selimutnya menurunkan kakinya, dengan kekuatannya menahan rasa linu dipahanya akhirnya Zoya berdiri dengan bantuan kaki satunya lalu berjalan tertitih kearah pecahan itu dan duduk dengan mulut yang mengeluarkan ringisan merasakan luka di pahanya terasa sakit.
"Sialan!!" Umpat Zoya, nafas Zoya tersengal-sengal lalu mengambil pecahan itu dan ditempelkan dipergelangan tangannya, ia akan bunuh diri untuk bebas dari jeratan Derion dan itu dilihat Derion dari layar monitor.
"Kau akan bunuh diri?" Gumam Derion tetap tenang dan menyeringai. "Ya, bunuh dirilah kalau kau berani Zoya. Kau saja takut mati."
Zoya diam melihat pecahan yang ia tempelkan pada pergelangan tangannya, Zoya bimbang memilih mati atau tidak karena Zoya juga takut jika ia mati sekarang maka hidupnya akan sia-sia. Meskipun Zoya membenci kedua orang tuanya tapi Zoya masih ingin melihat mereka karena mereka yang sudah melahirkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION
Roman pour Adolescents"Aku ingin sekali mengurungnya, menciumnya, menjilatnya, membuatnya mendesah dibawahku dan menyebut namaku, dia milikku." -Derion Mervis-