07. Flash Memory

668 78 18
                                    

Seperti biasanya, sirine bangun pagi dibunyikan. Para prajurit militer mau tidak mau harus segera membuka matanya sebelum para petugas penegak disiplin berpatroli.

Namjoon yang masih mengumpulkan nyawa kini menolehkan kepalanya ke samping. Memastikan jika Taehyung telah bangun.

"Taehyung," panggilnya.

Namun sang empunya nama masih tetap meringkuk tanpa menoleh sedikitpun.

Eoh, dia masih tidur?

Karena penasaran, Namjoon selaku leader BTS sekaligus sahabatnya memutuskan untuk menghampirinya.

"Taehyung, bangun," ucapnya.

Tetapi lagi-lagi Taehyung tak membuka sedikitpun kelopak matanya. Sehingga Namjoon kemudian mengulurkan tangannya. Mencoba menyentuhnya untuk dibangunkan. Namun detik berikutnya ia melotot karena suhu tubuh Taehyung yang terasa panas.

"Tae, Taehyung? Kau demam?"

Namjoon memastikan lagi, telapak tangannya ia letakkan di dahi Taehyung. Dan benar saja dugaannya. Suhu tinggi ia rasakan dari tubuh Taehyung.

...

Sementara itu, Jennie mengawali paginya dengan dengan sarapan bersama sang ibu.  Gadis itu sejak tadi mengunyah makanannya dalam diam meskipun kepalanya kini tengah berisik. Ada banyak sekali rasa ingin tahu setelah semalam sang ibu memberikan keychain berbentuk beruang.

Nyonya Kim yang sedari tadi diam-diam memperhatikannya kini memutuskan untuk membuka suara.

"Ada apa nak?"

Merasa terpanggil, Jennie seketika menoleh dengan ekspresi terkejut.

"E-eum? A-ada apa?" Tanyanya balik.

Dugaan Nyonya Kim benar, Jennie sedang memikirkan sesuatu sehingga sedari tadi tampak melamun.

"Kau memikirkan sesuatu?" 

Jennie terdiam. Ia menimang-nimang terlebih dahulu apa yang sedari tadi memenuhi kepalanya. Apakah ia harus mengatakannya pada sang ibu? Ia hanya khawatir jika ibunya akan mencemaskan kondisinya dan berakhir dengan dirinya yang tidak boleh beraktivitas apapun lagi.

Seperkian detik ia berperang dengan pikirannya, Kini Jennie Kim memutuskan untuk bertanya.

"Eomma, sebenarnya aku ini orang yang seperti apa dulu?"

Sebuah pertanyaan sederhana itu sukses membuat Nyonya Kim berhenti mengunyah. Wanita paruh baya itu menatap heran, mengapa tiba-tiba saja Jennie menanyakan seperti itu.

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu nak?"

"Tidak apa-apa eomma. Aku hanya bertanya saja. Karena—"

"Kau ingat sesuatu?" tanya Nyonya Kim dibuat tak percaya.

"M-mungkin. Ah entahlah eomma."

"Kau ingat apa?" kali ini Nyonya Kim sedikit takut, khawatir jika ingatan Jennie kembali dan ia meminta hidupnya seperti dulu.

"Eomma dapat keychain beruang itu dari mana?"

Nyonya Kim terdiam. Ia berpikir sebentar untuk mencari alasan. Jangan sampai putrinya ini mengingat sahabat-sahabatnya.

"Eomma membelinya di toko. Kenapa?"

Behind the SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang