40. The Capture of the Fugitive

343 48 34
                                    

"Selamat datang di Kedai XXX, apa ada yang ingin dipesan?"

Sebuah tawaran barista itu lakukan. Mau sepanik apapun ia harus tetap profesional, pikirnya.

Dahinya tiba-tiba mengerut karena salah satu pria yang di depannya menyodorkan sebuah id card dan juga selembar kertas yang menyatakan surat penangkapan  Kim Yoora.

"Kami adalah polisi dari Korea Selatan yang sedang bertugas menangkap pelaku kejahatan, apa kau melihat perempuan berambut pendek, berkacamata bulat dan memakai jaket cokelat?"

Pria dengan apron yang masih melekat itu tercekat. Semua yang disebutkan pria ini sama seperti ciri-ciri perempuan yang ia sembunyikan tadi.

J-jadi dia itu buronan?

Masih berusaha mencerna apa yang sedang terjadi, mereka bertiga tiba-tiba dibuat menoleh ketika dua petugas polisi setempat ikut datang.
Polisi Korea Selatan memang bekerjasama dengan  polisi setempat untuk menangkap Yoora. Namun karena tadi ada urusan mendesak, petugas kepolisian setempat baru bisa datang sekarang.

Semua orang  di sana seketika menoleh begitu melihat kedatangan petugas polisi memasuki kedai. Suasana yang semula kondusif menjadi ramai. Mereka semua saling berbisik membicarakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Bagaimana? Apa kau melihat perempuan tersebut?"

Pertanyaan singkat itu berhasil membuat sang barista bergeming. Sial, mengapa saat shifnya ia mendapati kejadian seperti ini?

Tatapan menginterogasi dari polisi mampu membuatnya merinding. Ia masih ingin hidup bebas, ia tak mau terjerat ke dalam kasus yang sama sekali ia tidak ketahui ini.

Maka dari itu, perlahan ia menggerakkan kepalanya.

"Dimana dia sekarang?" tanya sang polisi dengan tegas.

"Di ruangan khusus staff," lirih barista tersebut sembari menujukkan ke atas dimana letak ruangan itu berada.

Dengan cepat ketiga polisi itu segera menaiki anak tangga dan menuju ruangan yang dimaksud sebelumnya.
Sementara itu, sang barista dibuat was-was, ia takut setelah ini dirinya akan ikut terjerumus karena diduga telah menyembunyikan seorang buronan polisi. Tak mau ada kesalahpahaman dengan pihak polisi ia pun mencoba menjelaskan yang sebenarnya terjadi.

"A-aku tidak tahu kalau dia adalah buronan polisi. Kalau aku tahu dia sedang dicari, sudah aku tangkap alih-alih membantunya bersembunyi," ucapnya pada salah satu polisi yang masih berdiri di dekatnya.

Sementara di sisi lain, nafas Yoora semakin tersendat-sendat. Perempuan itu merasakan jantungnya yang semakin berdegup kencang.

Ia tidak pernah segelisah ini sebelumnya. Ia yakin, denting lonceng  yang ia dengar tadi menandakan ada orang masuk.

Apa orang itu tahu aku di sini?

Sekejap, ia menyesal karena setelah bersembunyi di tempat ini. Ia khawatir jika barista itu tidak bisa menjaga mulutnya.

Damn!

Mulutnya mendesis kesal begitu menyadari tak ada jalan keluar di sini. Ruangan ini tak lebih seperti tempat penyimpanan bahan baku, loker untuk staff dan juga toilet.

Hanya ada satu cara jika ingin keluar dari tempat ini, yaitu lompat lewat jendela.

Ini sedikit gila, namun ia akan mencobanya meski tahu risiko apa yang akan ia dapat setelah ini.

"Sialan! Kenapa tidak bisa dibuka?!" ketusnya setelah mencoba untuk membuka jendela yang terkunci.

Wanita itu mencoba berpikir keras. Ia tidak boleh berakhir seperti ini!

Behind the SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang