Sedari tadi Nyonya Kim melihat adanya kekhawatiran pada putrinya. Entah apa yang Jennie pikirkan. Hingga membuatnya khawatir.
"Sudah jangan takut nak, polisi akan segera menyelidikinya."
Jennie mendongak, kemudian melayangkan senyum simpul sekejap.
Bohong jika ia tidak dibuat takut karena kata polisi tadi, kemungkinan CCTV di apartemennya telah dibajak dan rekamannya dihapus sehingga jejak penguntit itu hilang seketika.
"Kalau kau masih takut, eomma akan pindah untuk tinggal di apartemnmu."
Jennie membelak. "Eoh? Lalu eomma bagaimana kerjanya? Itu jarak yang cukup jauh. Akan sangat melelahkan kalau bolak-balik."
"Tidak apa-apa sayang. Bagi eomma, keselamatanmu adalah yang utama."
Jennie menolak. "Tidak. Aku bisa tinggal sendiri. Eomma di rumah saja."
"Tapi nak-"
Jennie menukikkan kedua alisnya. "Tidak apa-apa. Eomma percayakan padaku. Lagipula, dia tidak berani menyentuhku. Dia hanya mengancam."
Nyonya Kim mendecak.
Begini nih sifat Jennie yang tidak pernah berubah.
Dia akan selalu pura-pura bisa menghandle semuanya dengan dirinya sendiri. Padahal itu terlalu beresiko.
Nyonya Kim pada akhirnya membuka suara setelah diam beberapa saat.
"Eomma akan memperkerjakan bodyguard untukmu."
Mendengar hal tersebut, seketika Jennie melongo.
Ia bersiap memprotes keputusan ibunya, namun jari telunjuk ibunya lebih cepat menahannya.
"Tidak ada penolakan. Ini semua demi keamanan dan keselamatanmu, Jennie."
Pemilik gummy smile tersebut merotasikan bola matanya.
"Ayolah eomma... Buat apa memperkejakan bodyguard di apartemen? Aku ini bukan presiden yang kemana-mana harus di kawal."
"Hey, kau itu idol. Apalagi sekarang ada sasaeng yang mengganggumu."
"Sudah ya... Turuti apa kata eomma," ujar Nyonya Kim sembari mengusap puncak kepala putrinya.
Kemudian mereka memasuki mobil dimana hanya berjarak kurang dari lima meter lagi.
Jennie memasang seatbeltnya. Ia sudah siap melaju ke rumah dengan sang ibu yang menyupir.
Bukannya ia tidak mau, hanya saja Nyonya Kim masih khawatir jika membiarkan Jennie menyetir sendiri. Ia takut jika kecelakaan itu kembali terjadi.
Sembari menunggu sampai, Jennie berniat ingin memainkan ponselnya. Tangannya itu kemudian merogoh shoulder bagnya untuk mencari-cari benda persegi panjang canggih.
Perlahan, bibirnya mengerucut.
Ponselnya ini kehabisan daya. Ia lupa menchargernya semalam.
Alhasil dia pun hanya bisa menghela nafasnya sembari menatap pemandangan sekitar.
"Nak, nanti eomma mau ke restoran dulu ya," celetuk Nyonya Kim yang mendapat anggukan dari Jennie.
Tak terasa perjalanan mereka telah usai, Jennie segera turun dari mobil dan membiarkan sang ibu menyelesaikan urusannya.
Ia bergegas memasuki lift apartemennya. Begitu keluar dari lift, betapa terkejutnya ia ketika melihat presensi Taehyung di depan pintu unitnya.
Pria itu tampak khawatir. Hal itu membuatnya mengerutkan dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Scene
FanfictionSebuah kisah di balik layar yang jarang orang ketahui. Ketika dunia mengatakan untuk melepaskan semuanya, tapi Jennie Kim berusaha untuk bertahan. Cibiran, kritikan, sudah menjadi makanan sehari-harinya. Tak bisakah sehari saja orang-orang di luar...