33. Terror

410 50 14
                                    

Semburat matahari yang menembus celah tirai membuat Jennie mengeliat. Perempuan itu menggerakkan badannya untuk merenggangkan otot-ototnya hingga tanpa sengaja menjatuhkan ponselnya yang terletak di samping tubuhnya.

"Eunghh..."

Dengan mata yang masih tertutup ia mencoba meraba-raba ke lantai untuk mengambil benda persegi panjang canggih tersebut.

Namun agaknya, tangannya kurang panjang sehingga ia mau tak mau harus membuka mata untuk mencarinya.

Sudah mendapatkannya, wanita dengan marga Kim itu menyipitkan mata kala menatap tampilan layar dari smartphonenya.

Jennie-ah, maaf aku matikan teleponnya ya.

Aku harus siap-siap, setelah ini ada apel pagi.

Nanti kalau kau sudah bangun,  jangan lupa sarapan sebelum menjalani hari.

Have a good day!

Setelah membaca beberapa bubble chat tersebut, seketika Jennie menarik salah satu sudut bibirnya.

Ah ia jadi teringat, ternyata semalaman ia ditemani Taehyung telepon. Sebelumnya mereka melakukan panggilan video, namun setelah itu Taehyung matikan karena tiba-tiba saja teman-teman sekamarnya kembali. Tak mau ia sedang menghubungi Jennie, ia pun segera menutup panggilannya dan beralih ke panggilan telepon.

Okay, tidak apa-apa. Maaf baru balas, aku ketiduran.

Semangat apelnya.

Selesai membalas pesan Taehyung, Jennie kemudian memutuskan untuk melihat notifikasi lain.

Salah satu notif berhasil mencuri perhatiannya. Dan itu dari sang ibu yang telah melakukan panggilan telepon namun tak terjawab.

Jennie-ah, sudah bangun?

Kenapa tidak diangkat teleponnya?

Kau sedang menghubungi siapa?

Salah satu alis Jennie mengernyit. Ah  setelah ini pasti ibunya akan curiga karena sempat tidak menjawab teleponnya karena masih terhubung oleh panggilan Taehyung.

Maaf eomma, ada apa?

Aku baru bangun.

Terkirim.

Masih dengan rasa penasarannya, Jennie dibuat terbelalak saat gendang telinganya mendengar bel apartemennya berbunyi.

Siapa yang pagi-pagi ke sini?

Karena rasa ingin tahunya tinggi, ia segera keluar kamar dan mengecek siapa yang datang.

Namun begitu ia cek ke layar monitor, tidak ada satupun orang di depan pintu.

Heran.

Siapa yang pagi-pagi ke sini?

Tak mau kepalanya dipenuhi oleh tanda tanya, Jennie memberanikan diri untuk membuka pintu.

Tepat setelah membuka pintu dirinya dibuat terkejut begitu mendapati sebuah amplop tergeletak persis di ujung kakinya.

"Apa ini punya orang lain yang jatuh ya?" gumamnya sembari menoleh kesekitar barangkali menemukan adanya kehadiran orang lain yang tak jauh di sana.

Namun nihil, ia tak melihat siapapun di sana.

Ketika ia mencoba menebak apa isi di dalamnya, netranya dibuat membulat ketika mendapati namanya tertulis di sana.

Untukku? batinnya tak percaya.

Ia kemudian memutuskan untuk masuk ke dalam sambil membuka amplop tersebut.

Behind the SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang