Tentang Jiro ; 23

480 63 11
                                    

23 ; Peduli?

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Untuk sementara Jiro harus di opname dulu sampai dia sadar, karena kondisinya saat ini bisa dibilang kurang baik. Saya masih belum bisa memastikan berapa lama Jiro harus di rawat," jelas Dokter tersebut, "untuk sementara kita tunggu Jiro sadar dan memeriksa kondisinya lebih lanjut."

Tara mengangguk, "terimakasih dok. Kalau begitu saya permisi..."

"Silahkan," ujar dokter sembari tersenyum kecil.

Tara keluar dari ruangan dokter, lalu pergi menuju ruang rawat Jiro. Sebelum masuk ia menatap ponselnya sejenak, sudah berulang kali ia menelpon dan memberi pesan pada Anna dan Agha. Namun tidak ada balasan dari keduanya.

Tara menghela napasnya, lalu membuka ruangan tersebut. Ia tersenyum simpul melihat Diane yang duduk di samping brankar Jiro sembari mengusap tangan anak itu. Rasa sesak menghimpit dada Tara, saat melihat Jiro terbaring lemah dengan bantuan alat pernapasan terpasang di tubuhnya. Kejadian tadi masih terbayang diingatan Tara, bagaimana wajah ketakutan dan kesakitan yang Jiro alami bersatu.

"Maaf, karena om udah lalai jaga kamu," ucap Tara sembari mengusap kepala Jiro.

"Om bakal cari tahu tentang kejadian tadi, ga mungkin semua itu cuman kebetulan," lanjutnya dengan nada datar.

Tara sudah mencari tahu tentang kejadian tadi. Meski banyak staff yang mengatakan jika pintu tiba-tiba rusak dan ada gangguan listrik. Tara merasa ada yang janggal, ketika melihat ada patahan kunci di pintu tersebut.

"Kamu pasti capek, mau istirahat ke apart?"

Diane menggeleng, "aku mau ikut jaga Jiro. Ga masalah, aku ga terlalu capek juga toh di pesawat istirahat juga. Cuman jet lag dikit."

Tara tersenyum kecil, lalu mengangguki ucapan Diane.

"Eum... ortu Jiro?" .

Tara menggeleng, Diane menghela napasnya melihat jawaban dari Tara. Ia tahu bagaimana sikap orang tua Jiro pada anak itu sejak dulu, karena Tara menceritakannya. Tapi Diane tidak pernah menyangka jika hal itu tetap seperti itu, meski usia Jiro sudah remaja.

"Aku ga ngerti lagi sama ortunya Jiro, mereka selalu menyuruh Jiro ini dan itu. Tapi buat ngasih perhatian aja mereka enggan?" ucap Diane dengan nada kesal. Padahal selama Jiro bersamanya, anak itu memiliki perangai yang baik.

"Aku gatau harus gimana lagi ... berulang kali aku kasih tahu mereka. Bahkan papa dari Agha juga selalu menegur mereka. Tapi kayanya mereka tetap tutup mata tentang Jiro," kata Tara sembari menghela napasnya. "Mungkin mereka harus ditegur Tuhan biar sadar," celetuk Tara asal.

"Tara!" pekik Diane karena Tara yang asal bicara.

Ceklek

"Ya ampun den Jiro, aden kenapa bisa sampai begini?" Bi Lina datang dengan raut wajah khawatirnya. Diane langsung mengusap punggung wanita tersebut, mencoba menenangkannya.

"Jiro bakal segera sadar Bi dan dia bakal baik-baik aja."

Bi Lina mengangguk yakin, "den Jiro anak yang kuat. Bibi yakin dia bakal cepet bangun dan kembali sehat."

Tentang JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang