Tentang Jiro ; 24

462 54 19
                                    

24 ; Cemburu?

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Jiro mengerjapkan matanya, ia mengerutkan dahinya saat sinar putih langsung mengenai matanya. Jiro sangat mengenal tempat ini dari bau khasnya.

"Den Jiro..."

Dengan samar ia bisa mendengar panggilan itu. Napasnya masih terasa berat, ia hanya bisa melirik ke arah orang itu.

"Bi..."

Bi Lina mengusap surai hitam Jiro dengan lembut, membuat Jiro memejamkan matanya menikmati usapan tersebut.

Tara dan Diane masuk ke ruang rawat Jiro dan langsung menghampiri Jiro yang masih nyaman dengan usapan Bi Lina.

"Baru aja bangun," ujar Bi Lina dengan suara pelan.

Tara mengangguk, "Jiro ada yang sakit?"

Yang ditanya hanya bisa mengangguk kaku sambil menggerakkan tangannya menunjuk dadanya.

"Sebentar lagi dokter datang."

Tepat setelah beberapa menit Tara berbicara seperti itu, dokter datang dan memeriksa Jiro.

"Dadanya kalau ditekan sakit?"

Jiro menggeleng, "t-tapi rasanya sesek dok sama berat kalau napas."

Dokter wanita itu mengangguk kecil, "sebelumnya sudah pernah periksa lebih lanjut?"

"Udah, sama dokter Ren. Harusnya saya ambil suratnya hari ini," ucap Jiro.

"Kebetulan dokter Ren sedang mengambil cuti, kemungkinan besok baru bisa diambil," balas Dokter wanita tersebut yang diangguki Jiro.

"Kalau begitu, kamu bisa kembali istirahat. Sepuluh menit lagi suster bakal datang buat bawain kamu makanan. Kalau begitu Saya permisi," pamitnya sembari tersenyum kecil ke arah Jiro.

"Om," panggil Jiro pada Tara, pria itu menoleh. "Papa? Mama?"

"Kemarin mereka sempet kesini, cuman katanya papa kamu ada rapat sama klien penting hari ini dan mama kamu tiba-tiba dipanggil sama Tante Hera," jelas Tara ia bisa melihat raut wajah sendu dari Jiro yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.

"Udah kamu ga usah pikirin manusia sok sibuk itu, 'kan ada tante, om Tara sama Bi Lina. Oh ya, bentar lagi Dila juga dateng pas pulang sekolah," ucap Diane sembari mengusap punggung tangan Jiro.

"Jiro ga sadar berapa lama?" tanya Jiro, karena seingatnya kejadian kemarin itu hampir sore dan dia tidak ingat terbangun saat siang, pagi atau sore.

"Hampir ada dua belas jam lebih, kalau ga salah," jawab Diane.

Jiro membelalakkan matanya, "itu lebih lama dari jam tidur Jiro."

Diane terkekeh, "bagus dong, jadi Jiro banyak istirahat."

Jiro tersenyum kecil.

Tok tok

Pintu ruangan dibuka dan menampilkan suster yang membawa nampan makanan untuk Jiro.

Tentang JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang