Tentang Jiro ; 61

276 43 0
                                    

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Lo kemana hah? Gue sama yang lain udah nelpon lo berkali-kali!" Anna memukul dada Agha dengan isak tangisnya.

Agha langsung mendekap Anna, ia menatap ke arah ruang ICU yang memperlihatkan Jiro yang masih terbaring lemah.

"Maaf ..." hanya itu yang Agha ucapkan. Tangannya mengusap punggung sang istri dengan lembut.

Agha melepaskan dekapannya lalu menangkup kedua pipi Anna dan menyeka air mata wanita itu. "Kita doakan yang terbaik buat Jiro, ya?"

Anna mengangguk, "loㅡ maksudnya kamu ga akan jawab pertanyaan aku?"

Agha menelan salivanya dengan susah payah. "Aku pergi nemenin Tiara, dia-

Anna mengangkat salah satu tangannya yang mengisyaratkan Agha untuk diam. "Ga usah dilanjutin." Anna melepaskan tangan Agha dari pipinya, lalu kembali masuk ke ruang ICU.

Agha menghela napasnya, ia mendudukkan dirinya di kursi yang ada di koridor rumah sakit. Agha mengacak rambutnya frustasi.

"Ini pak..."

Agha mendongak untuk melihat seseorang yang memberikannya teh hangat. "Makasih bi."

Bi Lina mengangguk, ia mendudukkan dirinya di samping Agha.

"Hidup itu pilihan Pak, tapi dalam memilih kita tidak boleh egois apalagi serakah. Karena kedua hal itu bisa jadi awal dari runtuhnya pilihan kita," jelas Bi Lina.

"Ikuti hati nurani bapak sesekali, jangan terus menyangkal apa yang hati nurani bapak katakan," sambungnya dengan tersenyum kecil.

Agha terdiam, mencerna ucapan yang Bi Lina lontarkan. Ia sadat betul jika selama ini keegoisan dan keserakahan terus menyelimuti hatinya.

"Saya hanya sekedar berpesan sama bapak, jangan sampai bapak menyesali apa yang sudah bapak pilih. Karena seburuk-buruknya sebuah hukuman adalah penyesalan yang tidak akan pernah ditemukan obatnya."

Agha menoleh ke arah Bi Lina, wanita itu mengusap punggung Agha selayaknya seorang ibu bersikap. Senyumannya yang teduh, membuat Agha lebih tenang dan bisa berpikir jernih.

"Makasih bi ..."

Bi Lina mengangguk, "kalau begitu saya permisi dulu, keluarga Pak Heri datang hari ini."

"Bi, tolong sampaikan permintaan maaf saya sama keluarga pak Heri ya?" pinta Agha.

"Kenapa tidak oleh tuan saja secara langsung?"

Agha menggeleng.

"Nanti saya sampaikan," ujar Bi Lina sebelum pergi.

Agha menghela napasnya, ia harus bagaimana sekarang? Agha memejamkan matanya sebentar, sebelum sebuah tepukan terasa di bahunya.

Agha mengerjapkan matanya dan menoleh ke arah orang itu. "Minum dulu," ujarmya sembari memberikam sebotol minuman pada Agha.

"An-

Tentang JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang