Tentang Jiro ; 71

348 46 5
                                    

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Siang nanti kamu ada waktu?" tanya Agja pada Anna.

Saat ini mereka sedang sarapan bersama, tentunya dengan Jiro juga. Subuah rutinitas pagi yang sekarang terasa hangat dengan obrolan singkat.

Jiro melirik ke arah Agha dan Anna bergantian, jarang sekali melihat mereka berdua mengobrol secara intens.

Anna mengangguki pertanyaan Agha, "ada. Kebetulan hari ini cuman rapat soal produk yang bakal aku endorse aja."

"Nanti siang, kita pergi keluar. Aku mau beli furnitur baru buat ruangan kerja," ucap Agha.

Anna mengerutkan dahinya, "emang udah banyak yang rusak?"

Agha menggeleng, "aku udah bosen aja."

Sedangkan itu, Jiro melirik ke arah sang ayah. Ia merasa tidak enak karena Agha menjadi kerepotan hanya karena dirinya yang takut untuk masuk ke dalam ruangan Agha.

Agha menggenggam tangan Jiro, ia menatap Jiro dengan senyuman hangatnya. "Kamu ikut juga ya? Sekalian jalan-jalan."

Jiro mengerjapkan matanya menatap sang ayah, lalu mengangguk.

Seperti janjinya tadi, setelah melakukan rapat dengan klien Agha pulang lebih awal dan berganti pakaian dengan kaus dan celana santai.

"Mama belum pulang?" tanya Agha.

Jiro menggeleng.

"Yaudah kita jemput aja," ujar Agha.

Sebelum pergi Jiro berpamitan pada Bi Lina yang sedang menyetrika di kamarnya.

"Udah?"

Jiro mengangguk.

Selama perjalanan taka ada obrolan yang dimulai. Agha fokus dengan jalanan, begitupula Jiro yang sibuk memperhatikan langit biru yang terlihat cerah hari ini. Sesampainya di gedung agensi Anna, Agha langsung turun diikuti dengan Jiro kemudian.

Jiro menelisik setiap sudut gedung tersebut, rasanya sudah lama sekali ia tidak menginjakkan kaki di tempat besar ini. Ia yang memutuskan pensiun dini sebagai model, membuatnya jarang mendatangi lagi gedung agensi.

"Jiro!"

Jiro hampir saja tersungkur, saat seseorang memeluknya dengan erat.  Orang itu kemudian menangkup kedua pipi Jiro.

"Tante kangen banget sama kamu," ucapnya.

Jiro terkekeh, "Jiro juga kangen tante Hera."

Hera mencubit hidung Jiro, "bohong! Kamu main kesini aja ngga ... mana ada kangen tante."

Hera melipat tangannya di depan. "Sombong!"

"Hehe ... yaudah kapan-kapan main deh, beneran," ucap Jiro sambil mengacungkan jarinya berbentuk huruf 'V'.

"Yaudah iya," Hera mengusak rambut Jiro dengam gemas. "Oh ya, maaf ya tante ga sempet ngejenguk kamu. Waktu kejadian itu, tante lagi ke Korea nemuin anak tante. Tante juga turut berbelasungkawa atas meninggalnya kakek kamu ya."

Tentang JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang