Tentang Jiro ; 58

301 45 2
                                    

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Jiro menceritakan setiap terror yang pernah terjadi padanya, termasuk kejadian terparah saat Surya menyakitinya secara langsung.

"Apa alasan dia kaya gitu?" Tara tak habis pikir dengan Surya yang berlagak baik di depan Anna. Padahal ia adalah dalang di balik terror yang dialami Jiro dan Anna beberapa waktu lalu.

"Itu karena..."

"Apa kabar Jiro?"

Ketika itu Jiro sedang duduk di bangku koridor rumah sakit menunggu Arga yang sedang menebus obat untuknya, ia bertemu dengan Surya. Pria itu berpenampilan tertutup dengan topi yang menutupi kepalanya dan masker yang menutupi area mulut dan hidungnya.

Pria itu berjongkok, "ah ... ternyata kamu masih ingin bertahan hidup ya meski kamu harus bergantung pada pil pahit itu."

Jiro tidak bergeming, ia meremat celana pasien yang ia kenakan.

"Tadinya aku turut prihatin mengingat penyakit mematikanmu itu. Tapi karena hal itu, Anna hampir berpaling dariku. Dan kamu tahu Jiro..."

Surya mencondongkan tubuhnya, "aku membenci penghalang antara aku dan Anna. Aku bisa singkirin semua itu dengan mudah," bisik Surya sebelum pergi.

Tara menghela napasnya, "ternyata obsesinya ke Anna ga ada habisnya."

Sebenernya Anna dan Surya sudah menjalani hubungan sejak SMA, hubungan mereka merenggang saat Anna memasuki dunia modeling. Lalu mereka kembali bersama saat bertemu di acara ulang tahun salah satu temen sekelas Anna dulu. Namun, hubungan mereka kembali berakhir saat reuni angkatan, ketika Anna dan Agha melakukan kesalahan fatal tersebut. Pada awalnya Surya tidak terima dan menyuruh Anna menggugurkan kandungannya, tetapi keluarga Anna bersikeras menikahkan Anna dengan Agha sebagai pertanggung jawaban.

"Jalur hukum sudah bertindak, kalian ga perlu khawatir," ucap Arga. Pria itu menatap Jiro dengan serius, "Jiro, besok dan seterusnya kamu cukup fokus ke pengobatan kamu. Mengerti?"

Jiro mengangguk. "Kali ini boleh Jiro mau tanya, darimana Opa dan om Tara tahu soal Jiro yang diteror?"

Arga dan Tara saling melempar tatap sebentar, sebelum Tara duluan yang menjawab pertanyaan Jiro.

"Waktu dimana mama kamu dapet pesan teror yang bawa-bawa nama kamu. Darisitu, maaf om buka ponsel kamu dan baca pesan-pesannya," jelas Tara.

Jiro mengangguk kecil, lalu menatap ke arah Arga. Pria itu dengan tenang menyeruput tehnya, "Opa ga tuli setiap malam dengar suara berisik dari arah kamar kamu. Dan waktu Opa periksa kamar kamu, beberapa kali Opa nemuin batu atau pecahan kaca. Opa juga baca isi kotak dari peneror itu."

Jiro menundukkan kepalanya, "setelah itu kalian kerjasama buat cari tahu?"

"Iya, karena kalau dibiarkan lebih lama bisa berakibat fatal entah itu buat kamu atau mama kamu," ucap Tara.

Jiro memainkan jarinya, bahkan beberapa ujung jarinya terluka saat Jiro dengan sengaja menggaruknya. Jiro menghentikan kegiatannya saat tangan sang kakek menggenggamnya.

Tentang JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang