Tentang Jiro ; 66

300 36 6
                                    

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ


"Jiro~!"

Jiro tersentak saat seseorang tiba-tiba memeluknya dengan erat. Bahunya bergetar dan tangannya meremat piyama rumah sakit yang Jiro kenakan.

Jiro tersenyum, ia mengangkat tangannya untuk mengusap surai panjang dari orang itu.

"Dila, aku gapapa," ujar Jiro mencoba menenangkan.

Dila melerai pelukannya dan menyeka air matanya. Ia menatap Jiro dengan mulut yang menekuk ke bawah dengan sesenggukan.

Jiro tertawa kecil melihat Dila yang justru hal itu membuat si empu kesal. "Aku tuh khawatir! Bisa-bisanya kamu malah ketawa!"

"Iya ... maaf maaf, makasih ya udah khawatir sama aku," ucap Jiro sembari menyeka air mata Dila.

"Bersihin tuh ingusnya, ih," gurau Jiro.

Dila mendelik, ia mengambil tisu di nakas dan langsung mengelap ingusnya.

"Maaf aku baru bisa dateng, gara-gara ulangan aku jadi baru bisa kesini!" Dila mendudukkan dirinya di kursi samping brankar.

"Gapapa, sekarang 'kan udah beres ulangannya kamu bisa ketemu aku disini sepuasnya," Jiro menaik turunkan kedua alisnya. Namun Dila tiba-tiba menepuk paha Jiro.

"Aku tuh gamau ya ketemu kamu disini! Aku mau ketemu kamu sepuasnya di tempat kita!"

Jiro terkekeh sambil mengusap pahanya, tepukan Dila di pahanya cukup kuat Jiro rasa pahanya akan sedikit memerah.

"Yaudah iya ... aku salah lagi," pasrah Jiro.

"Emang! Kamu tuh hobi banget sih dateng ke tempat ini," protes Dila.

"Loh kamu gatau, ini rumah kedua aku, Dil," celetuk Jiro yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari gadis itu.

"Bisa-bisanya ya bercanda! Aku tuh serius Jiro!"

"Jangan serius banget ah, bosenin kaya pak dokternya," balas Jiro.

Dila mendengus, "ini Jiro bukan sih?" gadis itu langsung menyentuh dahi Jiro.

"Kamu bukan Jiro! Kamu pasti dirasukin sama Jin di tempat ini ya 'kan? Makanya kamu ngeselin banget!" tuding Dila. "Tante! Tolong tante! Jironya kerusupanㅡ eh kesurupan!"

Jiro menutup telinganya saat mendengar pekikan dari gadis itu.

"Dila, ini rumah sakit bukan hutan! Jangan berisik, kasian pasien lain keganggu," tegur Tante Gina yang baru saja masuk ke dalam bangsal Jiro.

Dila menutup mulutnya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnyaㅡ 'peace sign'.

"Abisnya, Jironya nyebelin banget masa ... padahal 'kan Jiro sahabatnya Dila ga se-nyebelin orang ini," Dila berucap sambil mendelik ke arah Jiro.

"Kamu ini, kemarin aja nangis-nangisin dia di rumah. Pas ketemu kok malah jadi tom and jerry gini sih," Tante Gina mengusap kepala Dila gemas.

"Tante," rengek Dila. Ia meletakkan telunjuknya di atas mulutnya, "shht!"

Jiro tertawa melihat tingkah Dila, saat gadis itu tiba kamar bangsalnya terasa ribut. Padahal kemarin-kemarin suasananya terasa sepi. Bahkan sepertinya kemarin cicak pun enggan bersuara.

"Gimana kondisinya Jiro?" tanya Tante Gina.

"Udah lebih baik, tan. Cuman ya masih harus pasang alat ini," jawab Jiro sambil menunjuk nasal cannula yang terpasang di hidungnya.

Tentang JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang