Tentang Jiro ; 37

519 60 3
                                    

37 ; Bersama Tante Tiara

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Kamu gamau coba kemoterapi dulu, hm?" tanya Arga sembari mengusap surai hitam Jiro yang mulai lepek.

Jiro menatap sang kakek yang duduk di pinggir brankarnya, "Jiro takut ... itu sakit."

Arga tersenyum kecil, "tapi alternatif selain operasi itu ya kemoterapi, setidaknya itu bisa menghambat pertumbuhan tumor itu," jelas Arga. Sejak mengetahui soal penyakit Jiro tempo hari, Arga sudah mencoba membujuk Jiro untuk melakukan pengobatan alternatif.

Jiro menggenggam tangan sang kakek yang sedang mengusap kepalanya, "Jiro pengen sembuh, tapi setiap harinya Jiro ngerasain semakin sesak Opa ... Jiro takut."

Arga bangkit untuk berdiri, lalu memeluk Jiro sembari mengusap punggung cucunya itu. "Ada opa disini, kamu ga perlu takut."

Jiro menenggelamkan kepalanya ke dalam pelukan pria paruh baya tersebut.

"Opa ga akan maksa, kapanpun Jiro siap opa bakal tunggu itu. Ini semua buat kebaikan kamu, bagaimanapun hasilnya nanti setidaknya kita sudah berusaha buat pengobatan kamu, meski Opa berharap penuh kamu bisa sembuh," tutur Arga.

Ia belum memberitahu Jiro soal keputusannya membawa Jiro tinggal dengannya, mengingat ia tidak banyak waktu untuk berbicara empat mata dengan sang cucu.

Ceklek

"Ah ... maaf mengganggu tuan besar, ini sudah waktunya den Jiro makan dan meminum obatnya," ucap Bi Lina.

Arga melepaskan pelukannya pada Jiro, "makan dulu ya."

Jiro mengangguk, ia menatap tas jinjing yang dibawa oleh Bi Lina. "Bibi bawa apa?" tanya Jiro.

"Bibi bikinin den Jiro bubur ayam sama teh jahe," Bi Lina mengeluarkan kotak makan yang ia bawa.

Jiro membuka mulutnya menerima suapan dari Bi Lina, "bubur Bi Lina terbaik!" ia mengacungkan kedua jempolnya.

Bi Lina mengusap gemas kepala Jiro, "rambut den Jiro udah lepek, nanti bibi tanya ke dokter ya boleh di keramas apa ngga."

Jiro mengangguk dengan pipi menggembung karena menerima suapan bubur dari Bi Lina. Sedangkan itu, Arga tersenyum tipis melihat interaksi keduanya.

"Bi Lina saya titip Jiro ya, saya akan pergi membeli makan juga," ujar Arga.

"Baik tuan besar," balas Bi Lina yang masih sibuk menyuapi Jiro.

Arga keluar dari ruangan dan mendapati Anna yang berdiri di depan ruangan. 

"Orang lain justru lebih baik pada cucuku dibanding ibu kandungnya sendiri," Arga berucap dengan tegas tanpa menatap Anna. 

Anna menoleh ke arah mertuanya yang melangkah jauh dengan tangan yang mengepal.



"Gimana kondisi Jiro?" tanya Tiara sembari meletakkan kopi diatas meja kerja Agha.

"Sepertinya sudah membaik, aku belum menjenguknya lagi," Agha merapihkan berkas yang baru ia baca, lalu menyeruput kopi yang dibuat oleh Tiara.

"Kenapa belum?"

Agha menghela napasnya, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi.

"Kamu tahu beberapa klien ngajuin banyak komplain beberapa hari ini. Lagipula ada atau ngga nya aku juga ga penting, banyak yang jaga dia di rumah sakit," jelas Agha.

Tentang JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang