{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Jiro mengerjapkan matanya, ia menatap ke sekelilingnyaㅡ ia sudah kembali ke rumah sakit dan tangannya sudah kembali di infus. Jiro melihat Tara yang tertidur di sofa, lalu menoleh ke arah sampingnya ada sang ayah yang tertidur sambil terduduk.Jiro sedikit bergeser, karena tangannya terasa keram. Namun pergerakannya justru membuat Agha terbangun.
"Jiro, kamu udah sadar? Ada yang sakit?"
Jiro menggeleng, "Jiro mau minum."
Agha mengambil segelas air di nakas dan memakaikan sedotan untuk memudahkan Jiro minum. Jiro mendudukkan tubuhnya dan mulai minum.
"Makasih, pa," ucap Jiro. Sejujurnya dengan sang ayah ia masih sedikit canggung. Hal itu membuat Jiro sedikit gugup di dekat Agha. Karena sepertinya selama ia di rumah sakit beberapa hari ini, Agha baru menemuinya, mungkin.
"Tidur lagi ya," pinta Agha.
"Jiro pusing kalau tidur terus," keluh Jiro, ia menundukkan kepalanya.
"Ma-mau papa panggilin dokter?" Jiro menahan lengan Agha yang hendak pergi, "ga perlu ... "
"Jiro pengen keluar," cicit Jiro.
Kedua alis Agha menukik tajam, ia tidak terlalu mendengar perkataan Jiro.
"Kamu mau apa?"
"Jiro mau keluar," ucap Jiro sedikit keras. Ia langsung menutup mulutnya.
Agha terkekeh, ia lalu melihat jam di tangannya.
"Ini udah jam sepuluh malam," ujar Agha.
"Gapapa, Jiro mau lihat bintang!" ucapnya dengan antusias.
Agha menatap Jiro, ia kembali melihat Jiro yang antusias dengan binar matanya yang menyala.
"Sebentar, papa tanya dokter dulu," Agha pergi dari bangsal untuk menemui dokter.
Jiro mendengus, ia sudah yakin dokter tidak akan mengizinkan. Lagipula orang sakit mana yang nekat keluar di malam hari seperti saat ini? Hanya dirinya.
Beberapa menit berlalu, Agha kembali masuk ke bangsal. Lalu mengambil jaket milik Jiro di dalam lemari nakas, "ini, tapi jangan lama-lama ya."
Jiro langsung mengambil jaket tersebut dan memakainya. "Ayo!"
"Eits, tunggu dulu," Agha memakaikan Jiro kaus kaki dan menggendongnya ke atas kursi roda.
"Jiro boleh lepas ini?" tanya Jiro sambil menunjukkan nasal canula yang terpasang dihidungnya.
Agha menggeleng, "dokter menyarankan kamu untuk selalu pakai itu."
"Ribet," gumam Jiro yang justru terdengar oleh Agha.
" 'Kan udah dipasangin pake tabung yang lebih gampang dipindahin. Sabar ya, kalau kamu sembuh kamu udah ga perlu pake ginian lagi," pesan Agha sambil mengusap surai hitam Jiro.
Jiro hanya mengangguk pasrah, entah sudah ke berapa kalinya ia mendengar kalimat itu. Kalimat yang terasa semakin semu baginya. Kalimat yang kini sudah tidak ada lagi artinya bagi Jiro.
Agha mendorong kursi roda menuju area taman rumah sakit. Sesampainya disana, Jiro langsung mendongakkan kepalanya dengan antusias. Namun belum lama ia melihat langit bibirnya mengerucut dengan alis berkerut.
"Kenapa?" Agha ikut mendongak melihat hal yang membuat Jiro terlihat kesal.
"Bintangnya ga kelihatan, terlalu banyak awan sama ketutup gedung tinggi," Jiro menghela napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Jiro
Teen Fiction[ nct lokal ; park jisung] ㅡ SUDAH TAMAT Kehadirannya tidak pernah diharapkan, dia hanya hasil kesalahan dari dua insan yang bertemu. Dia hanya ingin pengakuan dari orang yang berperan menjadi ayah dan ibunya.Dia hanya ingin bahagia dengan orang yan...