Tentang Jiro ; 50

520 59 24
                                    

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Jadi, apa yang mau kamu omongin?"

Anna duduk menyilang sembari melipat dadanya. Hari ini, ia terpaksa menemui Surya setelah pria itu terus menghubunginya.

"Aku mau minta maaf," ujar Surya.

Anna memutar bola matanya jengah, "ini ga seperti yang kamu omongin di chat."

Surya menghela napasnya, lalu menelan salivanya sebelum berucap. "Aku mau minta maaf atas kesalahan anak aku."

Kali ini Anna menngerutkan dahinya, ia menatap Surya bingung. "Kamu punya anak?"

Surya mengangguk, "Cakra adalah anak aku sama almarhum istriku dulu. Usianya sama seperti Jiro."

Anna menatap Surya tajam, "jadi kamu..."

"Iya aku bohong soal semua tentang aku. Termasuk soal aku yang mau mulai kembali hubungan kita waktu SMA dulu, karena nyatanya aku cuman mau balas dendam ke kamu yang lebih milih Agha dulu," ucap Surya.

Anna mengepalkan tangannya, "kembali ke topik tentang Jiro!"

Surya kembali menghembuskan napas, "Jiro selama ini dibully dan pelakunya adalah anak aku sendiri."

Surya menceritakan soal Cakra yang menjadi rival Jiro dan sering mengganggunya. Awalnya Surya pernah menghukum Cakra soal itu, mengingat reputasinya bisa buruk karena anaknya. Tetapi anak itu justru membayar orang untuk mem-bully Jiro baik secara verbal maupun non verbal. Termasuk tentang rumor Jiro yang berpacaran dengan seorang gadis, Cakra sendiri yang menyerahkannya pada reporter itu.

Anna kehabisan kata-kata mendengarkan cerita Surya. Bagaimana bisa remaja seusia Cakra sudah diselimuti kebencian sebesar itu? Hanya karena ambisinya untuk menjadi yang terbaik.

"Ini salahku, karena hampir tidak memperhatikannya..."

"Apa kebencian Cakra ke Jiro juga termasuk dengan hubungan yang pernah kita jalin?" tanya Anna untuk memastikan.

Surya mengangguk, "aku belum bisa ketemu anak itu. Udah hampir dua minggu dia ga bisa dihubungi dan pulang ke rumah."

Anna menatap Surya, lalu mengangkat salah satu alisnya. "Terus tujuan utama kamu ajak aku ketemu apa?" tanya Anna.

"Jaga Jiro..."

"Tentu tanpa kamu kasih tahu juga aku akan lakukan itu," Anna menyela ucapan Surya.

"Aku tahu, tapi aku kenal anakku sendiri. Dia bisa nekat ngelakuin apapun yang membuat dia puas, dan aku takut ngelakuin hal yang lebih buruk lagi ke Jiro," jelas Surya.



"Jadi kamu udah yakin dengan keputusan kamu?"

Jiro mengangguk dengan mantap, ia sudah membicarakan tentang dirinya yang akan tinggal dengan Arga dan fokus untuk pengobatannya.

"Soal mama dan papa kamu?"

Jiro menghela napasnya, "aku gatau, aku dibuat bingung sama mereka. Perhatian mereka yang aku kira bakal jadi harapan aku untuk bertahan, justru mereka patahkan sama cara mereka sendiri."

Dila ikut menghembuskan napasnya, ia mengenal Jiro sejak kecil. Dulu, Jiro kecil selalu antusias mengobrol soal kedua orang tuanya. Tapi semakin lama, antusias itu semakin hilang saat Jiro membicarakan soal kedua orang tuanya.

Terbesit rasa menyesal pernah berkata kasar pada Jiro soal orang tua lelaki itu. Tapi Jiro justru tidak mempermasalahkan itu dan memilih bersikap biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa.

Tentang JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang