Tentang Jiro ; 54

525 65 2
                                    

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Lepas!"

"Argh! Leph-phas..."

Jiro terbangun dengan napas memburu, ia menyentuh lehernya yang terasa sedikit ngilu. Kepalanya menoleh ke arah cermin, bekas luka di lehernya tercetak jelas. Jiro meremat selimutnya, tatapan tajam orang itu dan seringainya tercetak jelas di kepala Jiro. Diaㅡ orang yang sama dengan yang selalu menerornya.

"Jiro ... syukurlah kamu udah sadar," Anna yang baru saja masuk ke dalam kamar Jiro langsung menghampirinya.

Jiro tersentak saat Anna memeluknya dengan erat, dengan ragu Jiro mengangkat tangannya. Anna semakin mengeratkan pelukannya saat merasakan Jiro membalasnya, bahkan sang putra meremat cardigannya dengan erat dan gemetar, kepalanya menelusup ke bahu Anna.

Sedangkan itu Agha hanya memperhatikan keduanya tanpa bergeming.

"Kamu pasti ketakutan," ujar Anna sembari mengusap rambut Jiro dengan lembut, tatapannya melirik ke arah leher Jiro yang memerah.

"Ji-jiro ... gapapa, ma," ia tersenyum kecil menggenggam tangan sang ibu.

Bisakah Jiro merasa bahagia saat ini, padahal beberapa saat sebelumnya ia mengalami hal yang nengerikan yang bahkan hampir ia lupakan. Karena Anna yang akhirnya peduli padanya dan menatapnya dengan khawatir. Usapan lembut dan pelukan hangat akhirnya ia dapatkan dari sang ibu. Bolehkah Jiro berharap untuk kali ini? Apa kali ini mamanya akan benar-benar menyayanginya?

Anna mengecup tangan Jiro, wanita itu menggeleng. "Mama mau denger semua yang kamu rasakan, sekarang kamu ga perlu sembunyiin semua itu, sayang."

"Jiro mau tanya." Jiro menatap Anna dan Agha bergantian.

Anna mengangguk, menyetujui permintaan Jiro.

"Apa alasan perhatian mama kali ini?" tanya Jiro.

Jantung Anna seakan mencelos seketika saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh putranya itu. Ternyata memang sejauh itu dirinya memberikan luka pada darah dagingnya sendiri. Tak hanya Anna, Agha juga dibuat sesak mendengar pertanyaan Jiro.

"Ga ada alasan untuk perhatian orang tua sama anaknya, Jiro..."

Jiro memainkan jarinya hingga beberapa kulit di samping kukunya sedikit mengelupas.

Jiro menggeleng, "kali ini Jiro harus lakuin apa?" Jiro menatap Anna dengan tatapan memohon. "Atau kalian mau Jiro setuju dengan perceraian itu? I-iya ... Jiro setuju, Jiro gapapa, Jiroㅡ

Ucapan Jiro terhenti saat Anna lagi-lagi memeluknya, kali ini wanita itu terisak kecil sembari menggumamkan kata 'maaf'.

"Ga perlu minta maaf ma ... Ji-jiro cuman takut kalau nanti Jiro harus kecewa lagi. Jiro gamau ngerasain itu lagi, ma," Jiro melepaskan pelukan tersebut dan menatap sang ibu, "Jiro capek, ma, pa."

Untuk pertama kalinya Anna dan Agha memlihat Jiro yang selemah ini. Bahkan tatapan binar itu tak lagi terlihat seperti biasanya. Tentu mereka sadar jika penyebab Jiro seperti sekarang, karena perbuatan mereka.

Tentang JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang