Tentang Jiro ; 57

433 51 6
                                    

57 ; family time

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Kamu yakin mau pergi hari ini?" tanya Anna sembari mengusap punggung tangan Jiro.

"Iya ma," kepala Jiro bersandar di bahu Anna.

Wanita itu melirik ke arah Agha, anggukan kepala Agha seakan menyetujui keinginan Jiro. Selesai kemoterapi Jiro meminta untuk pergi berjalan-jalan bersama Anna dan Agha. Awalnya Anna menolak, karena melihat Jiro yang lemas dan pucat. Namun Jiro berusaha meyakinkan sang ibu jika dirinya baik-baik saja dan kuat.

"Kalau ga enak badan atau ada keluhan di badan kamu omongin aja ya? Jangan dipaksain," jelas Anna.

"Iya mama," Jiro memeluk lengan Anna dan memejamkan matanya.

Setelah perjalanan selama dua puluh menit menuju taman kota. Jiro turun dari mobil dengan antusias, ia menatap seluruh area taman dengan antusias.

"Ma, Pa, kita naik sepeda itu yuk!" ajak Jiro dengan antusias menunjuk sebuah sepeda gandeng.

"Kamu aja sama Papa, Mama yang rekam," ucap Anna.

Jiro dan Agha menaiki sepeda gandeng yang mereka sewa dengan Agha yang menyetir di depan. Sejak sampai di taman Jiro tidak melunturkan senyumannya sedikitpun, melupakan kejadian buruknya saat di sekolah dan rasa sakitnya saat kemoterapi. Jiro menikmati momen keluarganya saat ini.

"Agha jangan kenceng-kenceng ngendarain sepedanya!" peringat Anna melihat kecepatan sepeda yang Agha dan Jiro kendarai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Agha jangan kenceng-kenceng ngendarain sepedanya!" peringat Anna melihat kecepatan sepeda yang Agha dan Jiro kendarai.

"Hahaha, ini seru ma!" pekik Jiro.

Anna ikut tersenyum melihat Jiro yang lebih ceria, penyesalan kembali Anna rasakan saat mengingat kejadian dulu dimana Jiro yang antusias bercerita padanya dan selalu Anna abaikan begitu saja.

"Mama, kok melamun?" tanya Jiro yang sudah ada di hadapan Anna.

"Hah? Ga kok, udah main sepedanya? Mau ngapain lagi?" tanya Anna.

Jiro tersenyum sambil menunjuk seorang pelukis yang sedang melukis di samping sungai dengan seseorang di depannya yang ia lukis.

Dan disinilah mereka, duduk di hadapan pelukis yang sedang melukis mereka. Senyum Jiro tetap merekah dengan mata menyipit yang menjadi ciri khasnya. Butuh waktu agak lama untuk membuat lukisan tersebut, tapi hal tersebut tidak melunturkan senyuman Jiro.

Tentang JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang