Tentang Jiro ; 43

424 57 14
                                    

{Selamat Membaca}

Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Jiro menjalani hari-harinya seperti biasa, bahkan beberapa hari ke belakang Jakson sudah tidak lagi mengganggunya. Jiro tidak menghiraukan itu, toh sudah beberapa orang yang mengganggunya akan menyerah sendirinya, Cakra contohnya. Tetapi yang membuat Jiro heran adalah ia tidak melihat Jakson di area sekolah, entah karena mereka jarang bertemu karena sekolah yang luas atau Jakson memang tidak datang ke sekolah.

"Jiro, lo dipanggil Pak Dion ke ruang guru," ucap siswi itu sebelum duduk di bangkunya.

Jiro menutup buku yang sedang ia baca dan bangkit dari duduknya, lalu pergi untuk menemui Pak Dion.

Setelah berbincang soal rencananya untuk home schooling, Jiro berniat kembali ke kelas. Namun langkahnya terhenti saat mendengar obrolan dari seseorang yang menyebut namanya.

"Itu bukan urusan gue! Gue udah bayar semau lo, asal lo mau ikutin apa kata gue! Tapi liat? Lo justru nyerah dan apa kata lo? Lo mau laporin gue?"

Orang itu terkekeh sejenak, sebelum kembali berbicara, "ga akan ada percaya ucapan lo. Dimata satu sekolah, lo itu cuman perundung anak lemah kaya Jiro! Hahaha."

"Kalau sampai lo libatin nama gue ke pihak sekolah, gue akan buat hidup lo jauh menderita! Camkan itu, Jakson!"

Jiro mengerutkan dahinya, jadi selama ini Jakson merundungnya dan mengganggunya karena disuruh. Jiro mengepalkan tangannya.



Jakson menghela napasnya sebelum mengambil uang dari mesin ATM tersebut. "Maaf bu, cuman ini satu-satunya cara buat bikin hidup kita tenang...," gumamnya sebelum keluar dari ATM.

Sebelum kembali pulang Jakson mampir ke warung nasi untuk membeli lauk pauk. Setelah itu, ia kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang. Namun ditengah jalan, ia dicegat oleh sekelompok rentenir yang biasa mendatangi rumahnya.

"Kalian mau apa? Gue udah bayar kemarin 'kan?" Jakson melangkah mundur saat kedua rentenir itu menyeringai.

"Mendadak gue pengen ngehajar muka tengil lo!"

"Anjing!" Jakson mundur dan langsung berbalik untuk lari. Tapi naas tali tas selempangnya ditarik kuat oleh salah satu rentenir dan membuat Jakson tertahan bahkan tercekik.

"Lep-phas!" Jakson meremat tali tasnya dan memberontak.

"Gue denger lo jadi pembully bayaran kan di sekolah? Gimana kalau lo juga ngerasain kaya orang lo bully?" Rentenir itu tersenyum miring.

Jakson menggeleng, tetapi semakin ia memberontak semakin berkurang pasokan udara yang ia terima karena tali tas yang menjerat area lehernya.

Salah satu rentenir itu sudah bersiap melayangkan pukulan pada Jakson. Tapi tiba-tiba saja ia tersungkur saat ada orang yang melempar sesuatu padanya. Rekannya langsung melepaskan Jakson dan menolong rentenir tersebut.

Jakson langsung berlari menjauh dan mendekati orang yang melemparkan tas berisi buku.

"Lo-

"Apa-apaan lo anjing?!" geram rentenir itu dan menatap tajam orang itu.

"Gue bukan anjing, gue cuman mau lewat dan kalian ngehalangin jalan. Gue udah ngomong ga di denger, yaudah...," jawabnya dengan enteng.

Jakson menoleh dan membulatkan matanya, "Jiro! Lo gila?!"

Orang itu adalah Jiro, ia tadinya ingin mengunjungi rumah Jakson justru mendapati si tuan rumah sedang dihadang oleh sekelompok orang. Tanpa pikir panjang Jiro langsung mendekat dan melempar tas miliknya dan membuat salah satu dari mereka tersungkur.

Tentang JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang