Tentang Jiro ; 67

227 33 4
                                    

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ


"Dok, Jiro udah boleh lepas infusan. Tapi kenapa masih belum boleh lepas ini," Jiro menunjuk nasal cannula yang masih terpasang dihidungnya.

Hari ini, Jiro diperbolehkan untuk melepaskan infusannya. Hal itu membuat Jiro lega, karena tangannya tidak akan merasa pegal lagi.

"Napas kamu masih terasa berat?" tanya dokter.

"Sedikit," jawab Jiro.

"Setelah kamu bisa bernapas dengan lega tanpa ada keluhan sakit. Kamu boleh melepasnya," ucap dokter yang diangguki oleh Jiro.

"Terimakasih dok," kata Jiro.

"Sama-sama," dokter itu membalas sebelum pergi dari ruangan Jiro.

Jiro menyandarkan tubuhnya, "Bi Lina, lusa Jiro pulang 'kan?"

"Iya den, kenapa?"

"Gapapa, Jiro mendadak kangen tidur di kamar bibi," ucap Jiro.

"Den Jiro 'kan sudah besar, canggung kalau tidur sama bibi sekarang," balas Bi Lina.

"Iya juga," Jiro menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bi ... Jiro mau berterimakasih sama bibi-

"Buat apa den? Udah banyak ucapan terimakasih dari den Jiro buat," sela Bi Lina.

"Ga cukup bi, bahkan satu buku seratus lembar aja ga akan cukup buat Jiro berterimakasih ke bibi."

Ucapan Jiro membuat Bi Lina terkekeh, "ada-ada aja, den Jiro ini."

Jiro hanya menyengir sambil menerima suapan buah pir dari Bi Lina.

"Bibi ga perlu 'terimakasih' dari den Jiro. Bibi tulus sayang sama den Jiro, Bibi bersyukur diberikan kesempatan untuk mengurus den Jiro sejak kecil. Bibi senang karena den Jiro bisa berbagi suka dan duka ke bibi," cerita Bi Lina.

"Jadi, den Jiro ga perlu berterimakasih," Bi Lina mengusap kepala Jiro dengan lembut.

"Udah lepek," ujar Bi Lina saat mengusap rambut Jiro.

Jiro mengangguk, "gatau berapa lama Jiro ga keramasan. Lagipula, rambut Jiro agak rontok jadi males deh keramasannya."

Jiro tersenyum senang, "oh ya, kabar suami bibi gimana?"

"Dia baik-baik aja, sekarang lagi sibuk bertani katanya nyoba lahan baru," jawab Bi Lina.

"Bi- bwi udah la-ma ga pulang ya?"

"Ditelan dulu den," peringat Bi Lina ssat Jiro berbicara sambil mengunyah buah pir.

Jiro menelan buah itu, "udah."

"Bibi pasti ga pulang gara-gara Jiro, ya? Karena Jiro sering bolak-balik rumah sakit. Bi Lina pasti kerepotan," tutur Jiro

Bi Lina menggeleng, "bibi ga kerepotan sama sekali. Lagipula suami bibi juga mengerti keadaan disini."

"Maaf ya bi," Jiro menundukkan kepalanya.

"Ga perlu minta maaf den, ini udah jadi tanggung jawab bibi," Bi Lina menangkup kedua pipi Jiro.

Jiro langsung memeluk Bi Lina dengan erat, "makasih bi, makasih udah selalu ada buat Jiro."

"Sama-sama, den ...," Bi Lina mengusap punggung Jiro.



Jiro menghela napasnya, setiap bertemu Pak Heri. Rasa bersalah terus menyelimuti perasaan Jiro. Kali ini, Pak Heri yang datang ke kamar bangsal Jiro untuk berpamitan.

Tentang JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang