3 - The Star's Life

642 48 7
                                    

Author POV

Setelah acara makan malam usai, bukannya langsung istirahat Daniel dan Anetta malah bertengkar di ruang tamu rumahnya. Sudah hampir jam 1 malam namun mereka membuat semua orang yang ada di rumah itu keluar dari kamar mereka termasuk Fara dan Gavin.

"APA - APAAN KAMU SEENAKNYA TERIMA TAWARAN TADI??" teriak Anetta dengan keras tak peduli ada banyak mata dan telinga yang mendengar mereka.

"JOSE ORANG PENTING ANETTA, NGGAK MUDAH DAPAT UNDANGAN DI ACARANYA. MANA MUNGKIN AKU TOLAK?" sahut Daniel tak kalah keras.

"KITA UDAH SEPAKAT DARREN AKAN MENGIKUTI JADWAL YANG UDAH KITA BUAT MAS, LUSA DIA ADA JADWAL JAM SEGITU."

"APA SIH PENTINGNYA JADWAL ITU? INI LEBIH PENTING. KAMU MANA NGERTI SEBESAR APA PELUANG YANG BISA KITA DAPAT?!"

"INI DI LUAR KESEPAKATAN."

Darren yang menjadi pemeran utama di pertengkaran itu hanya duduk tenang di sofa, sambil  memainkan HPnya dan sesekali melirik untuk melihat sejauh mana pertengkaran sudah berjalan. Dia hanya perlu menunggu hasilnya kan?

"POKOKNYA AKU NGGAK MAU TAU, JADWAL DARREN NGGAK BISA DIBATALIN. TITIK."

"KERAS KEPALA."

"KAMU YANG SEENAKNYA SENDIRI!!"

Setelah itu mereka berdua diam, mengalihkan pandangan ke arah lain. Sambil mencari jalan tengahnya.

"Jam berapa jadwalnya selesai?" tanya Daniel dengan nada bicara yang sedikit lebih lunak.

"Jam 9." sahut Anetta.

"Oke kamu ikut papa kesana jam 9 Darren. Lebih baik terlambat daripada nggak datang sama sekali. Biar papa yang jelasin ke Jose."

Ini bukan solusi yang Darren bayangkan, lusa jadwalnya benar-benar penuh dari pagi dan dia baru mendapat istirahat jam 9 malam dan sekarang ayahnya menambah kegiatannya begitu saja tanpa memikirkan dia yang tak bisa istirahat.

"Jadwal aku penuh dari pagi, my body can't take it" sahut Darren. Ini sudah sering terjadi dan memaksakan diri hanya akan membuatnya berakhir sakit, paling parah harus dirawat di rumah sakit dan membuat jadwalnya kacau. Ujung-ujungnya dia yang akan disalahkan karena tak bisa menjaga diri.

"Makanya papa bilang minum vitamin. Jangan lemah." kata Darren.

Darren menatap ibunya berharap ada kalimat pembelaan untuknya, tapi apa yang dia harapkan dari kedua orang tuanya? mereka sama saja tak punya hati.

"Ok. As you wish." sahut Darren lalu pergi dari sana. Menjauh agar tidak melihat mereka, katakan saja kalau dia durhaka, tapi melihat kedua orangtuanya membuatnya merasa muak.

Saat Darren ke kamarnya dia melewati tempat dimana Gavin dan Fara berdiri, Darren melihat mereka sekilas lalu langsung pergi ke kamarnya tanpa menghiraukan mereka lagi, dia merasa sedikit malu bahwa mereka harus melihatnya yang menyedihkan seperti ini. Darren sudah cukup lelah, berada disana hanya akan membuang tenaga. Setidaknya malam ini sudah berhasil dilewatinya.

---

Besoknya Darren mulai menjalani hari-hari sibuknya lagi. Darren merebahkan dirinya di sandaran mobil. Tubuhnya rasanya sudah remuk, dia baru selesai shooting jam 12 malam dan besok dia kelas pagi, lalu berlanjut dengan jadwal lain sampai malam. Sempurna. Daren ingin tahu apa yang ada di fikiran orang tuanya saat membuat jadwal seperti ini untuk dia jalani. Apa mereka benar-benar lupa kalau Darren juga manusia?

Darren memijit pelan pelipisnya yang terasa sakit, hingga menarik atensi Gilang managernya yang ada di sampingnya.

"Kenapa?" tanya Gilang

Lost Stars | Watanabe HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang