Author POV
Darren masuk ke studionya setelah mengantar Zenna pulang. Mumpung hari ini dia libur maka dia akan menggunakan waktunya sebaik mungkin.
Darren membuka komputernya lalu membuka aplikasi dimana CCTV rumahnya ditampilkan disana. Darren membuka rekamannya, mencari rekaman saat ayahnya memperlakukannya dengan begitu buruk.
Darren tidak bodoh, harusnya Daniel paham itu. Daniel selalu menganggap Darren anak kecil bodoh yang bisa dijadikan boneka, yang hanya hidup untuk memuaskan ambisi mereka. Tapi Darren tidak sebodoh itu. Perihal meng-hack CCTV bukan lagi hal yang sulit untuknya. Daniel lupa kalau Darren juga punya darah Ragasta mengalir dalam tubuhnya.
Alasan Darren melarang orang tuanya untuk ikut campur dengan musiknya dan tak pernah mengijinkan mereka untuk masuk ke studionya adalah ini. Darren menyimpan begitu banyak hal disini, bukan hanya lagu, tapi fakta yang mungkin akan menghancurkan nama Ragasta dalam sekejap. Tapi bagi Darren ini belum cukup. Jika Daniel bisa memanipulasi kehidupan Fara, Gavin, dan Eva bukan tidak mungkin kalau Daniel bisa mengelak untuk ini juga berbalik menghancurkannya. Untuk saat ini, Daniel masih menggenggam dunia di tangannya. Dan Darren bukanlah apa-apa bagi Daniel yang Agung itu.
Darren merekam layar saat CCTV mulai menampilkan semua hal yang Daniel lakukan padanya. Tunggu sampai dia pulang ke rumah, maka Darren akan memindahkan rekamannya ke flashdisk dan menyimpan rekaman itu sebagai alat untuk membungkam Daniel nantinya.
Darren menonton rekamannya, berniat untuk memastikan kalau semuanya sudah sesuai dengan keinginannya. Tapi saat rekaman menunjukkan Daniel yang mulai memukulnya, Darren merasa ketakutan, sebelumnya tidak pernah seperti ini. Tapi kali ini Darren takut... ingatannya membawanya kembali ke saat dimana ayahnya memukulnya, semua bentakan dan cacian kembali berputar di kepalanya.
Tangan Darren menghentikan rekamannya dengan gemetar, Dia memegang dadanya saat merasakan jantungnya yang berdetak semakin cepat. Biasanya dia tidak setakut ini, tapi kenapa kali ini dia merasa begitu ketakutan? Bahkan dia tidak bisa mengendalikan nafasnya. Kepalanya terasa sangat sakit akibat dari memori yang datang secara acak, bahkan rasanya seperti ingatan beberapa tahun yang lalu berlomba-lomba untuk datang.
Darren keluar dari studionya, mencari HPnya dengan susah payah, seingatnya dia menaruh HPnya di sofa. Darren bahkan tidak mampu untuk duduk di sofa, hingga bersimpuh di lantai ketakutan, panik, mual, dia bahkan tak bisa menggambarkan bagamana rasanya. Ditambah dengan tubuhnya yang masih terasa sakit akibat dari pukulan ayahnya. Rasanya sangat tersiksa.
Shit... Darren baru ingat kalau harusnya dia punya obatnya, tapi dia malah membuang obatnya di agensi... sekarang bagaimana?
Darren menghubungi Dokter Sena, ini adalah pilihan terakhir yang bisa dia lakukan.
"Halo Darren..."
"Om.... tolong..." kata Darren, dia sudah tak mampu bicara banyak hal, kepalanya rasanya mau pecah saat itu juga.
"Kamu kenapa?" tanya Sena panik. Karena Darren tak pernah seperti ini sebelumnya.
"Please dateng..." Darren tak mampu menjelaskan apa yang dia rasakan.
"Tunggu, jangan matiin telponnya, Om kesana sekarang." Kata Sena. Sena langsung mengambil mobilnya dan mengendarainya dengan cepat. Padahal dia baru saja beristirahat setelah seharian di rumah sakit.
"Kamu masih bisa denger Om, Ren" tanya Sena sambil menyetir.
"... ya..."
"Apa yang kamu rasain? ada yang sakit?"
"Nggak tau, panik, takut..."
Mendengar jawaban Darren, Sena langsung tahu apa masalahnya, sebelumnya Darren juga bilang kalau dia mulai takut pada Daniel. Dan saat dia mengantar Darren bertemu psikiater, hasilnya juga menunjukkan kalau Darren butuh bantuan untuk kondisi psikologisnya. Hanya saja Darren tak pernah mau karena dia tak ingin dianggap gila. Sekeras apapun Sena memintanya dan menjelaskan kalau bantuan psikiater itu bukan hal buruk, Darren tak pernah mempercayainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars | Watanabe Haruto
Teen FictionAnd how the star lost in the darkness . . . . . . ⚠️ Physical Abuse, Mental Illness, Harsh Word, Brothership, BxG, Angst. 🦋 Hati-hati dengan warning diatas ya..