Author POV
Darren tidur bersandar di ranjang rumah sakit, disampingnya ada Gavin yang terlihat tidak fokus sambil beberapa kali melihat ke arah HPnya. Mengundang rasa penasaran Darren.
"Kenapa Vin?" tanya Darren. Gavin yang tadinya sibuk melihat HPnya mengalihkan pandangannya ke arah Darren.
"Nggak papa, Ren."
"Lo nggak kelihatan nggak papa. Lo bisa cerita sama gue."
"Orang-orang udah tau kalau gue anak papa, dan mama adalah selingkuhan papa. Mereka tau gue anak haram." sahut Gavin.
"Hah? Kok bisa?" tanya Darren terkejut.
"akhh.." ringis Darren saat dia tidak sengaja bergerak terlalu banyak.
"Eh kenapa? sakit? mau dipanggilin Om Sena?" tanya Gavin.
"Enggak, gapapa. Jadi kenapa bisa tau?"
"Gue juga nggak ngerti, tiba-tiba beritanya udah rame."
"Trus gimana?" tanya Darren.
"Ya as expected, semua orang mulai ngirim komentar buruk buat gue, mama, bahkan Eva."
"Sorry, gue nggak tau" kata Darren.
"Gapapa, kan emang lo nggak pegang HP."
"Respon orang-orang parah banget?" tanya Darren.
"Lumayan. Mereka bilang harusnya gue nggak deket-deket sama lo, harusnya gue malu, harusnya gue tau diri." kata Gavin sambil terkekeh, namun matanya menampilkan kesedihan.
"Emang ini salah gue ya?" tanya Gavin pada Darren.
"Bukan, salah Daniel." sahut Darren dengan pasti. Gavin tertawa mendengar Darren yang begitu enteng menjawab pertanyaannya seolah Daniel bukanlah ayahnya.
"Trus kenapa gue yang harus nerima kebencian orang-orang? gue bahkan nggak ngelakuin apa-apa."
"Mereka aja yang gak bisa mikir."
"Gue rasanya nggak punya muka buat ketemu orang lain." kata Gavin.
"Lo nggak salah, ngapain mikirin orang lain."
"Tapi mereka pasti bakalan natap gue seolah gue orang paling hina Ren, gue nggak sanggup..." sahut Gavin.
"Nanti biar gue yang bantu."
"Bantu gimana?"
"Ya bantu, lo nggak perlu tau detailnya."
Gavin mengangguk, menyerahkan semuanya pada Darren. Tadinya Gavin juga ingin menceritakan tentang kakek dan nenek Darren tapi dia juga tak ingin Darren terlalu banyak pikiran, bagaimanapun posisi Darren saat ini jauh lebih sulit darinya, jadi Gavin memilih menyimpan itu sendiri.
"Gue minta maaf ya Vin, karena gue semuanya jadi kacau gini. Lo jadi ikutan keseret sampai lo harus ngadepin komentar buruk orang-orang." kata Darren.
"Enggak, nggak usah minta maaf. Ini bukan salah lo, emang papa aja yang jahat. Dan mereka pantes buat dapat itu." sahut Gavin.
"Gue takutnya kalah di persidangan, Vin. Kalau itu terjadi, semuanya bakalan kacau."
"Jangan mikir yang jelek-jelek. Lo udah punya bukti valid dari semuanya. Gue juga bakalan bantu lo sebanyak yang gue bisa."
"Thanks Vin, Thanks a lot..."
Mereka masih asik berbincang sebelum pintu ruang rawat Darren dibuka. Darren dan Gavin melihat ke arah yang sama, menunggu siapa yang akan muncul di balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars | Watanabe Haruto
Teen FictionAnd how the star lost in the darkness . . . . . . ⚠️ Physical Abuse, Mental Illness, Harsh Word, Brothership, BxG, Angst. 🦋 Hati-hati dengan warning diatas ya..