⚠️ Suicide Attempt
Author POV
Darren duduk di taxi yang mengantarkannya pulang setelah menghabiskan beberapa jam hanya duduk di salah satu kursi yang ada di tepi jalan yang sudah sepi, dia baru sadar kalau tasnya tertinggal di mobil Revan beberapa menit setelah dia turun dari mobil Revan, untungnya dia masih membawa HPnya jadi dia setidaknya masih bisa pulang.
Semoga saja... semoga Revan tak membuka isi tasnya.
Darren memandangi paper bag di sampingnya, tadi saat akan pulang dia melewati toko mainan, dia ingat kalau dia memiliki janji akan membelikan Eva hadiah sebuah boneka beruang berwarna cokelat. Jadi Darren membelikan Eva sekalipun ini sudah sangat larut malam dan tentunya Eva sudah tidur. Tapi tetap saja, janji adalah hutang untuknya.
Darren kembali melihat ke arah jendela, merenungkan kembali apa saja yang terjadi hari ini. Entah berapa telepon dan chat masuk dari Gilang, ada begitu banyak dari Zenna, juga dari ayah dan ibunya, dan yang terakhir dari Gavin.
Darren mematikan HPnya dengan sengaja setelah begitu lelah mendengar nada dering yang tak berhenti, kepalanya sedang penuh hingga rasanya sangat sakit, dia tak ingin bicara pada siapapun saat ini.
Taxi yang dia tumpangi akhirnya sampai di rumahnya, beberapa bagian rumah sudah terlihat gelap. Tak heran, ini sudah setengah 12 malam dan orang-orang pasti sudah tidur.
Saat Darren masuk ke rumahnya, dia berfikir kalau rumahnya sudah gelap karena tak ada orang yang masih terjaga. Tetapi sepertinya dia salah, di ruang tamu dia melihat Gavin dan Ayahnya yang sedang menonton tayangan sepak bola bersama. Beberapa waktu ini Darren berfikir kalau dia dan Gavin memiliki nasib yang tak jauh beda, tapi dia lupa kalau meskipun Daniel merahasiakan keberadaan Gavin, dia masih tetap menyayangi Gavin sepenuh hati. Dan Darren paham kalau Gavin tak akan bodoh untuk menolak kasih sayang itu.
Darren berdiri di sana beberapa saat, menatap mereka yang duduk membelakanginya, bahkan mereka tak sadar kalau Darren ada di sana. Darren tersenyum getir, hari ini dia merasa seperti ditampar berkali-kali. Hari ini dia benar-benar sendiri.
Darren melangkahkan kakinya ke arah kamar Eva yang berada cukup jauh dari ruang tengah dimana ayahnya dan Gavin berada, Darren hanya berdiri di depan pintu kamar Eva, entah kenapa dia tak bisa membawa kakinya untuk masuk ke kamar Eva. Darren hanya berdiri disana beberapa menit sambil meremas tali paperbag di tangannya.
"Ren.." panggil seseorang yang membuat Darren terkejut. Darren langsung berbalik dan mendapati Gavin yang berada di belakangnya.
"Ngapain berdiri disini?" tanya Gavin.
"Enggak, mau lihat Eva, tapi kayaknya jam segini udah tidur." sahut Darren.
"Masuk aja ke kamarnya kalau mau ketemu."
"Nggak usah Vin. Kenapa lo tiba-tiba ada disini?" tanya Darren.
"Ohh, tadi sekilas gue liat lo jalan ke arah kamar Eva. Tadi papa minta gue duduk disana buat nemenin dia nonton bola, jadi gue disana. Trus pas gue liat lo kesini, gue juga kesini."
"Gue mau langsung ke kamar aja. Lo lanjutin nonton aja sama papa." sahut Darren.
Darren tak bermaksud apa-apa saat mengatakan itu, tapi Gavin merasa sangat bersalah, karena dia begitu dekat dengan orang yang menyakiti Darren. Tapi Gavin tak bisa menolak, sebab ayahnya tak pernah menyakitinya, Gavin tak mampu menolak kasih sayang yang diberikan ayahnya dengan tulus.
"Maaf Ren.." kata Gavin.
"Kenapa minta maaf?"
"Karena gue deket sama papa..." sahut Gavin pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars | Watanabe Haruto
Teen FictionAnd how the star lost in the darkness . . . . . . ⚠️ Physical Abuse, Mental Illness, Harsh Word, Brothership, BxG, Angst. 🦋 Hati-hati dengan warning diatas ya..