8 - Meeting for FLARE

450 50 3
                                    

Author POV

Hari-hari selanjutnya Darren semakin sering menghabiskan waktu dengan Zenna dan Bagas, mereka mulai sering pergi ke kantin bersama dan Darren tak akan menapik kalau dia senang karena memiliki teman. Zenna dan Bagas orang yang baik dan dia merasa nyaman bersama mereka.

Darren juga sering bertukar pesan dengan Zenna, dan hubungan mereka bisa dikatakan cukup dekat, tapi tetap saja, Darren merasa sulit menerima seseorang untuk benar-benar masuk di hidupnya apalagi setelah apa yang Arkan dan Kevin lakukan padanya, tidak akan mudah untuk kembali percaya pada seorang 'teman'.

"Gi.. Nanti sore gue sama Bagas mau pergi keluar, mau ikut gak?" tanya Zenna.

"Gak bisa Ze, gue nanti ada jadwal."

"Pasti sibuk banget ya Ren? gak capek emangnya abis kuliah lanjut shooting?" tanya Bagas yang merasa penasaran tentang bagaimana kehidupan seorang artis.

"Udah biasa kayak gitu."

"Trus biasanya lo liburnya kapan? maksudnya saat apa biasanya lo libur?" tanya Bagas lagi.

"Ya kalo lagi gak ada project."

"Ohhh.. trus kapan nggak ada project?"

"Nggak tau, kayaknya nggak deket-deket ini."

"Nggak libur dong jadinya?" tanya Zenna.

"Ya.. iya." sahut Darren. Benar juga, kapan dia liburnya?

"Emang bener ya, buat dapet hasil yang besar butuh pengorbanan yang besar juga." kata Bagas.

Hasil besar? Darren tak merasa kalau dia mendapatkan hasil yang besar dari pengorbanan besarnya.

"ya.. mungkin.."

---

Darren berjalan dengan tergesa ke ruang meeting di agensinya, hari ini mereka akan memilih lagu yang akan digunakan untuk album kolaborasi mereka. Jadwal kampus Darren dan jadwal meetingnya benar-benar mepet hingga dia terlambat 30 menit dari waktu yang ditentukan, walaupun dia sudah meminta ijin kepada Direktur secara langsung tapi tetap saja rasanya tidak enak dengan yang lain.

Darren mengetuk pintu lalu masuk dan melihat kalau semua orang kecuali direkturnya sudah ada disana untuk menunggu rapat dimulai dan beberapa orang menatap kedatangannya seperti menghakimi.

"Maaf saya terlambat.." kata Darren sambil membungkuk, formalitas.

"Lo lambat 30 menit. Yang sibuk bukan cuma lo aja kali, orang lain juga sibuk tapi masih dateng tepat waktu." kata David dengan begitu sinis.

"Maaf kak, gue gak tau jalanan bakalan semacet itu." sahut Darren. Kalau saja disana tidak ada banyak orang dia tak akan repot-repot menanggapi.

"Alesan lo basi. Bilang aja lo ngerasa istimewa jadi bebas mau lambat sekalipun." kata Juna.

"Jun. It's too much." kata Reza, Manager Juna yang tentu saja dia abaikan.

"It's ok Kak Reza, Emang gue yang salah." sahut Darren. Hanya agar perkara ini selesai.

"Emang lo salah, gak usah bersikap sok baik." kata Juna ketus.

Semua yang ada disana hanya melihat mereka tanpa mengatakan apa-apa. Mereka tau apa yang terjadi pada artisnya, kadang mereka kasihan pada Darren sama seperti sekarang.

"Seinget gue Darren baru terlambat sekali Jun." kata Gilang, manager Darren.

"Lagian kan Direktur juga belum dateng, chill aja kali Dav, Jun" kata salah satu orang disana.

Tak lama Direktur masuk ke ruang meeting dan memulai rapat.

"Oke kita sudah melakukan voting untuk lagu mana yang akan menjadi tittle track dan 2 lagu B-side. Dan sesuai kesepakatan, voting dilakukan pure dengan staff dan coach yang mendengarkan lagunya tanpa tau itu lagu siapa. Dan lagunya pun dikirim dengan anonim jadi penilaian bisa objektif." kata Direktur lalu menunjukkan hasil voting di layar.

Lost Stars | Watanabe HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang