Author POV
Darren duduk bersandar di ranjangnya tanpa melakukan apapun, dia hanya diam menatap kosong ruang rawatnya, Darren tak pernah merasa hidupnya sekacau ini. Seharusnya dia sudah tidak perlu lagi menjalani hari-hari yang memuakkan ini, kalau saja Gavin tak menolongnya.
Darren melihat ke arah pintu masuk yang dimana dia bisa mendengar seseorang membuka pintunya. Darren berharap itu Gavin tapi yang masuk ke kamarnya adalah orang yang tak ingin dia lihat saat ini.
Darren menegakkan tubuhnya saat Ayah dan ibunya berjalan dengan begitu angkuh ke arahnya, Darren tak perlu bertanya-tanya apa yang mereka inginkan, yang jelas itu bukan hal yang baik.
"Kenapa lagi kali ini?" Tanya Anetta begitu dia sampai di samping Darren, berbeda dengan ayahnya yang memilih untuk duduk di sofa, seolah menonton hal yang menarik di depannya.
"Mama liatnya kenapa?" Tanya Darren sarkas.
"Kenapa bisa tenggelam? Kamu kan bisa berenang. Kenapa bisa sebodoh itu sampai tenggelam?" Tanya Anetta tanpa rasa khawatir.
"Kram." Kata Darren singkat.
"That's stupid."
"Mama dateng cuma mau bilang itu?" Tanya Darren.
"Make sure next week kamu udah bisa kerja, ada terlalu banyak kesempatan yang kamu buang-buang atas kebodohan kamu ini."
"Aku bahkan belum bisa nafas dengan baik." Sahut Darren.
"Mama nggak peduli, makanya lain kali kalau ngelakuin sesuatu dipikir dulu pake otak. Ngapain renang jam segitu padahal udah tau lagi dingin?" Kata Anetta yang tak dijawab oleh Darren.
"Mama tuh capek banget ngurusin kamu, Darren. Sakit mulu kerjaannya. Udah berapa kali jadwal kamu berantakan karena kamu nggak bisa jaga diri?" Kata Anetta terdengar sangat menyakitkan.
"Ngurusin aku? Kapan?" Tanya Darren. Seingatnya mamanya tak pernah megurusnya.
"Menurut kamu jadwal kamu yang berantakan ini dibenerin sama siapa? Mama yang harus turun tangan buat beresin kekacauan yang kamu bikin."
"Mama ngurusin kerjaan sama ambisi mama, bukan ngurusin aku." Sahut Darren.
"Kurang ajar kamu."
"Mama kalau nggak ada yang mau dibilang lagi, silahkan pulang aja. Aku lagi nggak cukup sehat buat dengerin semua omongan mama."
"Dasar anak durhaka." Kata Anetta pada Darren.
"Kamu liat? Kamu denger anak ini bilang apa? harusnya kamu kasi dia pelajaran biar dia nggak ngelawan terus kayak gini." Kata Anetta pada Daniel.
"Do it yourself." Kata Darren menantang sebelum Daniel sempat menjawab.
"Mama mau apa? Lakuin aja sekarang. Kenapa nunggu papa yang pukul aku? kenapa nggak mama aja langsung? Kill me if you want to. Aku udah muak ada di sekitar kalian." Kata Darren menantang.
Dengan cepat Anetta menjambak rambut belakang Darren lalu menariknya dengan kasar hingga Darren terkejut.
"Kamu fikir semudah itu?" Tanya Anetta lalu diiringi dengan tawa.
"Kamu nggak bisa mati gitu aja, sayang... kamu harus tetap hidup dan ngelakuin semua yang harusnya kamu lakuin sebagai satu-satunya pewaris Ragasta." Bisik Anetta yang begitu menyakitkan hati.
Semakin mereka menyuruh Darren untuk tetap hidup, Darren semakin ingin pergi ke tempat yang jauh, lebih cepat.
Jika dia mencoba sekali lagi apa yang akan terjadi? Jika di percobaan kedua berhasil apa Tuhan akan marah padanya? Tapi bukankah Tuhan sudah tau apa yang dia alami alami selama ini? Apa tidak ada pengampunan sama sekali?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars | Watanabe Haruto
Teen FictionAnd how the star lost in the darkness . . . . . . ⚠️ Physical Abuse, Mental Illness, Harsh Word, Brothership, BxG, Angst. 🦋 Hati-hati dengan warning diatas ya..