Author POV
Darren masuk ke perusahaan besar milik Jose -Black Empire, hari ini dia diminta datang untuk membicarakan kerjasama mereka sebelum nantinya akan diadakan meeting resmi untuk itu. Darren diundang untuk datang dan mengobrol sambil Jose membicarakan image brand bernama Black Line miliknya dan memperlihatkan bagaimana desain pakaiannya.
Black Empire sangat besar, tidak heran ayahnya begitu tergila-gila dengan kerjasama yang selalu dia bahas itu. Darren diajak masuk ke sebuah ruangan yang letaknya berada di lantai paling atas dari kantor itu. Berjalan ke ruangan paling ujung yang ada disana.
Darren masuk ke ruangan itu mengikuti Sekretaris Jose setelah mendapat ijin untuk masuk. Disana Darren melihat ada 2 orang lainnya yang dia asumsikan sebagai orang yang juga akan terlibat banyak dengan project ini.
"Darren, ayo duduk." kata Jose mempersilahkan Darren duduk di sofa di sampingnya.
"Maaf, harusnya saya datang lebih awal." kata Darren merasa tidak enak karena yang lainnya sudah ada disana lebih dulu.
"Tidak apa-apa, ini sudah lebih awal dari janji kita. Kenalkan ini Aris assistant saya, dan ini Rian yang bertanggung jawab untuk perilisan dan promosi nantinya.
"Darren." kata Darren sambil menjabat tangan Aris.
"Aris. Anak saya penggemar kamu."
"Oh ya? Terimakasih banyak. Saya harap ada kesempatan bertemu nanti."
"Dia pasti akan sangat senang."
"Rian." kata Rian sambil menjulurkan tangan, dan langsung disambut oleh Darren.
"Darren, semoga saya tidak mengecewakan promosinya." kata Darren.
"Saya yakin tidak. Kamu sempurna untuk Black Line."
"Terimakasih."
"Ok. Jadi kita mulai saja." kata Jose lalu dia menjelaskan tentang produknya ke Darren. Jose ingin Darren paham dengan image yang berusaha Jose bangun untuk Black Line jadi nantinya hasil dari promosi akan lebih bagus. Jose tidak mau produknya ini gagal, tidak masalah jika harus mengeluarkan banyak uang.
Jose akan membuat brandnya ini terlihat exclusive, mahal, elegant. Image yang akan akan menyatu dengan sangat sempurna dengan Darren.
Darren mendengarkan penjelasan Jose dengan seksama, setelah beberapa saat mereka berhenti untuk istirahat sebentar sambil menikmati makanan ringan yang Jose siapkan sambil mengobrol santai.
Darren melepas jasnya meskipun di ruangan itu tidak begitu panas. Dia lalu menyentuh bahunya yang terasa masih sakit pelan-pelan, memasukkan tangannya ke bagian kerah baju hingga bisa menyentuh kulitnya langsung, luka yang diberikan ayahnya masih terasa perih sampai sekarang.
"Bahu kamu kenapa Darren?" tanya Jose yang daritadi melihat apa yang Darren lakukan.
"Oh ini, tidak apa-apa." kata Darren langsung memperbaiki kerah bajunya.
"Saya bisa lihat kalau itu memar." kata Jose membuat dua orang lainnya juga memperhatikan Darren.
"It's fine." sahut Darren, menatap Jose, Rian, dan Aris dengan gugup.
Di mata Jose, dia bisa melihat kalau Darren sedikit panik atau mungkin takut?
"Saya gak suka dengan pembohong." kata Jose. Dia yakin kalau ada yang tidak beres.
"Maaf, saya tidak bermaksud untuk bohong, tapi..." Darren menggigit bibir bawahnya, menunjukkan rasa tidak nyaman dan sedikit ketakutan, juga ragu.
"... saya tidak bisa menjelaskan apa-apa." lanjut Darren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars | Watanabe Haruto
Teen FictionAnd how the star lost in the darkness . . . . . . ⚠️ Physical Abuse, Mental Illness, Harsh Word, Brothership, BxG, Angst. 🦋 Hati-hati dengan warning diatas ya..