Author POV
Darren masuk ke mobil Revan dengan wajah yang pucat, kepalanya terasa sangat sakit, ditambah dengan dia yang terpaksa bersikap biasa saja dan menahan semua emosinya. Darren meremas tangannya dengan keras untuk menghentikan tanggannya yang gemetar tak terkendali.
"Kenapa Ren? Lo pucet banget. Sakit?" Tanya Revan. Seperti biasa, Revan selalu peka.
"Nggak papa kak, langsung berangkat aja." Sahut Darren.
Revan menuruti apa yang Darren bilang, dia melajukan mobilnya tapi matanya masih sesekali melihat ke arah Darren yang sekarang sedang bersender di kursi dan menutup mata.
"Gue bisa anterin lo ke rumah sakit kalo emang lo ngerasa nggak enak badan Ren, jangan dipaksain." Kata Revan.
Darren tak tahu kenapa, mendengar apa yang Revan katakan membuatnya merasa sangat bersalah. Rasanya sesakit ini saat tahu kalau Gilang menghianatinya, lalu dia apa bedanya?
Saat ini dia juga melakukan hal yang buruk terhadap orang sebaik Revan. Darren merasa Gilang sangat jahat karena melaukan ini padanya lalu bagaimana dengan apa yang dia lakukan terhadap Revan? Rasa sakitnya pasti akan sama.
Darren sekuat tenaga menahan airmatanya agar tidak turun, semua perasaannya bercampur menjadi satu dan dia tidak tahu harus apa atau bagaimana, Darren kesulitan untuk berpikir jernih, semuanya tak terkendali.
Darren melihat ke arah Revan yang masih fokus menyetir. Tidak, Darren tak boleh menjadi lebih jahat dari ini, Darren tak boleh membiarkan darah ayahnya mengambil alih dirinya untuk melakukan hal yang lebih buruk dari ini.
Tidak, Darren harus berhenti selagi mereka belum terlalu jauh, dan belum terlalu dekat. Dia tidak boleh mengorbankan perasaan orang lain atas kejamnya takdirnya. Revan terlalu baik untuk dia korbankan, begitupun dengan Jose.
"Kak..." panggil Darren dengan suara yang pelan.
"Ya.." sahut Revan, melihat ke arah Darren. Revan bisa merasakan kalau Darren sedang kacau dan dia tidak tega untuk melihat itu.
"Kenapa? Lo sakit? Mau ke rumah sakit aja?" Tanya Revan.
"Gue mau ngomong sama lo." Sahut Darren.
"Iya, nanti kita ngomong. Kan emang tujuannya itu. Gue juga ada berita bagus buat lo." Kata Revan.
Satu butir airmata Darren akhirnya lolos, rasa bersalah memenuhi rongga dadanya hingga nafas Darren rasanya tercekat dan dia tidak mampu berkata apa-apa.
"Disini kak, gue mau ngomong disini sekarang. Bisa lo berhenti sebentar?" Tanya Darren.
Revan merasa aneh, jelas ada yang salah dengan Darren dan Revan yakin ini ada hubungannya dengan apapun atau siapapun yang Darren temui saat mengambil chargernya tadi. Namun meskipun begitu, Revan tetap menuruti Darren, dia tetap berhenti di pinggir jalan yang lumayan sepi.
"Kenapa harus disini? Bentar lagi kita sampai." Kata Revan.
"Kak... Makasih banyak karena lo sama Om Jose udah baik banget sama gue kak, udah mau bantu gue sampai sejauh ini, kalian baik banget. Tapi gue rasa kita nggak bisa lanjutin ini, semua rencana gue nggak bisa gue lanjutin." Kata Darren membuat Revan kaget, juga merasa heran. Tadi sebelum Darren kembali untuk mengambil charger, semuanya baik-baik saja. Siapa yang Darren temui tadi sampai dia seperti ini?
"Kenapa?" Tanya Revan.
"Gue mau jujur sama lo kak. Gue nggak sebaik yang lo kira. Gue... jahat... Gue udah jahat sama lo." Kata darren membuat revan kebingungan.
"Maksud lo apa?" Tanya Revan semakin tidak mengerti dengan apa yang Darren katakan.
"Gue cuma manfaatin lo, gue deketin lo sama Om Jose karena gue mau manfaatin power yang kalian punya. Gue tau papa masih kalah sama Om Jose makanya gue berusaha terlibat dengan papa lo, sampai waktu gue cari tau tentang papa lo, gue dapet info tentang lo, disana gue mulai berpikir gimana caranya gue bisa terlibat sama lo, gimana caranya biar gue bisa temenan sama lo dan gimana caranya bikin kalian ada di pihak gue." Kata Darren. Dia bahkan tak berani melihat bagaimana reaksi Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars | Watanabe Haruto
Novela JuvenilAnd how the star lost in the darkness . . . . . . ⚠️ Physical Abuse, Mental Illness, Harsh Word, Brothership, BxG, Angst. 🦋 Hati-hati dengan warning diatas ya..