41 - At Least, One Reason

448 53 6
                                    

Author POV

Gavin masuk ke ruang rawat Darren dengan hati-hati setelah mengetok pintu beberapa kali, saat dia masuk dia melihat Darren yang sedang bersandar di ranjang sambil menonton TV, terlihat dengan jelas kalau dia sedang bosan.

"Hi Ren" kata Gavin saat dia sudah sampai di samping Darren.

"Nggak ngampus?" tanya Darren, Gavin selalu berada disini.

"Males."

"Ntar papa marah kalo tau lo males kuliah dan malah ada disini." sahut Darren.

"Bisa nggak sih sehari aja kita nggak usah mikirin dia?"

"Kalo bokap lo waras juga gue nggak bakalan mikirin dia. Gue males kalau nanti dia dateng kesini trus marah-marah sama gue."

"Nih HP lo." kata Gavin mengabaikan apa yang sebelumnya Darren katakan.

"Thanks." kata Darren lalu mengambil HPnya dari tangan Gavin.

Darren menyalakan HPnya, tak lama setelah tersambung dengan wifi, ada begitu banyak chat yang masuk juga panggilan tak terjawan dari nomor yang berbeda-beda. Darren menghela nafasnya, dia sedang tak ingin bicara dengan siapapun.

Namun saat Darren melihat panggilan tak terjawab yang masuk, dia sedikit terkejut melihat kalau ada nama Revan disana, Darren fikir Revan tak akan sudi berhubungan dengannya lagi. Ah benar.. tasnya masih ada disana, mungkin itu sebabnya Revan menghubunginya.

Darren membuka aplikasi chat nya, disana juga ada nama Revan diantara nama-nama lainnya, Darren membuka chat Revan dan membaca isinya, merasa takut akan caci maki yang mungkin dia terima.

"Darren, tas lo masih ada di gue."
"Lo dimana? ayo ketemu. Kita bicarain lagi tentang ini."
"Lo sampai di rumah dengan selamat kan? Sorry gue nggak bisa mikir jernih saat itu dan gue malah ninggalin lo di pinggir jalan."
"Lo ok Ren? Agensi bilang lo libur karena sakit."
"Kabarin gue Darren, Gue nggak benci sama lo. Ayo bicara dengan kepala dingin."
"Lo sebenernya dimana Ren?"

Itu adalah isi pesan dari Revan yang dikirim di hari yang berbeda, Chat terakhir bahkan dikirim hari ini. Darren merasa bersalah sekali lagi, bahkan setelah apa yang dia lakukan, Revan masih begitu baik padanya. Darren menghela nafas, rasanya tak pantas jika dia masih berada di sekitar Revan.

"Hi Kak, sorry gue baru sempet buka HP. Nanti gue minta orang buat ambil tas gue, sorry kemarin gue ninggalin tas gue di mobil lo."
"Jangan minta maaf kak, gue yang salah. Gue yang brengsek disini."
"Untuk black line... kalau lo mau cari model lain gapapa. I'm so sorry, once again."

Itulah yang Darren balas atas pesan dari Revan.

Baru beberapa detik setelah Darren membalas pesan Revan, Hp Darren berbunyi dan itu adalah Revan yang menghubunginya. Darren melirik sekilas ke arah Gavin yang sedang melihat ke arahnya. Gavin menaikkan alisnya tanda bertanya ada apa? tapi Darren hanya menggeleng.

Darren lalu mengangkat telepon dari Revan, menyiapkan diri kalau mungkin ini menjadi terakhir kali Revan mau bicara padanya.

"Halo kak..."

"Darren, lo kemana aja? kenapa nggak bisa dihubungin?"

"Gue baru bawa HP kak."

"Lo lagi sakit? dirawat dimana?"

"Gue gapapa."

"Bilang sama gue lo lagi dimana? Biar gue bawain tas lo sambil kita ngobrol."

"Kak, jangan ketemu sama gue lagi. Orang baik kayak lo harus berada diantara orang yang baik juga dan gue bukan salah satunya."

Lost Stars | Watanabe HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang