52 - The Last Chance

161 36 11
                                    

Author POV

Darren duduk di atas ranjangnya, disana ada Revan, Bella, dan pengacaranya yang datang dan membicarakan tentang pengadilan yang sudah akan digelar dalam beberapa hari. Darren masih merasa ragu dengan apa yang dia lakukan ini, dia masih belum begitu percaya diri untuk melawan Daniel Ragasta.

"Kalau lo masih belum kuat buat dateng, gapapa Ren." kata Revan.

"Tapi gue mau semua ini cepet selesai kak."

"Tapi keadaan lo gimana? emangya udah kuat?"

"Dikuat-kuatin aja."

"Jangan gitu. Keadaan lo sekarang ini bukan keadaan yang bisa lo kuat-kuatin gitu aja." sahut Revan.

"Iya Ren, disamping itu dampaknya sama kesehatan mental kamu gimana? Kamu belum ketemu sama mereka sejak hari itu. Kamu harus pastiin dulu kalau kamu OK buat liat mereka." sahut Bella.

"Tapi gue nggak bisa diem disini aja kak. Gue mau ada disana, gue mau liat apa yang bakalan mereka lakuin, gue mau denger pembelaan  apa yang bakalan mereka bilang. Gue mau tau gimana cara mereka buat bikin gue terlihat bersalah."

"Darren -"

"Gue mau liat gimana orang-orang menghakimi mereka." sahut Darren pelan, memotong apapun yang ingin Revan katakan.

"Gue mau liat gimana orang-orang yang dulunya memuja mereka, menatap mereka seolah mereka orang rendahan. Gue mau liat gimana orang-orang menginjak-nginjak harga diri Daniel Ragasta dan Anetta Diandra yang setinggi langit itu..." lanjut Darren, sambil menatap Revan dengan pandangan mata yang dingin, kosong.

"Gue mau baca semua komentar buruk buat mereka, gue mau mereka dicaci sebanyak yang selama ini gue terima. Gue mau mereka dapat yang lebih buruk dari itu...." Darren tersenyum tipis, masih dengan sorot mata yang tak menggambarkan parasaan apapun. Membuat Revan merinding.

"... sebelum nanti gue sendiri yang pastiin mereka kehilangan semua yang mereka banggain itu. Di depan mata gue." kata Darren. Rasa bencinya sudah terlalu besar hingga hubungan darah tak mampu melunturkan rasa marahnya.

Berbeda dengan Revan yang menelan ludahnya kasar mendengar penuturan Darren, Bella justru menatap Darren khawatir... Bella bertanya-tanya apa yang ada di pikiran Darren saat ini? Apa yang dia rasakan? Biasanya Bella akan dengan mudah menebak apa yang lawan bicaranya fikirkan atau rasakan, tapi untuk Darren... rasanya sangat sulit. Bella tak mampu mengerti apa yang terjadi pada Darren, dia hanya khawatir kalau nantinya Darren sendiri tak tau apa yang terjadi pada dirinya.

"Ahh gue kedengeran kayak anak durhaka ya?" tanya Darren lalu tertawa singkat.

"Maaf, kayaknya yang tadi itu terlalu jujur. Ya intinya gue akan usahain dateng." sambung Darren.

"Yaudah, ini copy file nya. Nanti kemungkinan pertanyaan jaksa sekitaran ini jadi jawab aja sesuai apa yang kamu ingat." kata Damar, pengacaranya.

"Iya."

"Nanti beberapa hari lagi kita barengan kesana. Kalau misalnya kamu ngerasa belum begitu kuat, gapapa. Nggak usah kesana." sahut Rina.

"Ya, akan aku usahain biar nggak begitu banyak ngerepotin." kata  Darren.

"Bukan itu pointnya Darren. Keadaan kamu lebih penting." sahut Revan.

"Menurut aku malah lebih baik kayak gini."

"Maksud kamu?"

"Disana akan ada banyak media, dan fans aku nggak akan terima dengan apa yang udah papa sama mama lakuin ke aku. Aku rasa kak Revan tau apa maksud aku.." sahut Darren. Revan menelan ludahnya kasar sekali lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lost Stars | Watanabe HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang