25 - His Only One

381 41 17
                                    

Author POV

"Sakit?" tanya Zenna sambil berusaha mengobati luka di dahi Darren.

Darren hanya diam dan melihat setiap inci wajah Zenna yang berada tepat di depan wajahnya, Zenna mengobatinya dengan hati-hati, sesekali dia bahkan meringis seolah dia bisa merasakan sakitnya.

Zenna yang tidak mendapatkan jawaban dari Darren beralih menatap mata Darren yang ternyata juga menatapnya, seketika rasanya gugup hingga tak sadar Zenna menelan ludahnya dengan susah payah.

"Nggak sakit Ze." sahut Darren pelan.

"Kalau sakit bilang aja, nggak usah bohong sama aku Gi."

'"Kamu selalu bohong dan bilang kalau kamu baik-baik aja. Dulu Gio juga sama...' kata Zenna dalam hati.

"Aku nggak mau kamu bohong, kalau sakit bilang aja sakit. Kalau butuh bantuan bilang sama aku. Aku benci nggak tau apa-apa saat kamu kesulitan sendirian." kata Zenna.

'Itu juga yang bikin aku kehilangan Gio, aku nggak mau kamu juga pergi dengan cara yang sama...'

Tanpa sadar air mata Zenna turun, mengingat bagaimana dia kehilangan Giovann dan bagaimana Darren yang membuatnya takut kehilangan.

Darren sedikit terkejut melihat Zenna yang tiba-tiba menangis, jadi dia memegang tangan Zenna yang masih mengobatinya lalu menggenggamnya erat, mengelus tangan Zenna dengan ibu jarinya.

"Kenapa nangis?" tanya Darren lembut sambil mengusap airmata Zenna.

"Aku takut kamu kenapa-kenapa. Aku nggak mau kamu menderita sendirian sementara aku nggak tau apa-apa. Aku takut kehilangan kamu saat aku berfikir kalau kamu baik-baik aja, Gi." kata Zenna, semakin tak bisa mengendalikan tangisnya.

'Aku nggak mau menyesal untuk yang kedua kali...'

Darren lalu membawa Zenna ke dalam pelukannya, mengusap punggung Zenna penuh kasih. Ini pertama kalinya seseorang menangis karena melihatnya sakit. Pertama kalinya seseorang takut kehilangan dirinya.

"Maaf ya, aku nggak berniat bohong. Aku cuma nggak mau bikin kamu khawatir, aku nggak mau jadi beban orang lain." kata Darren. Zenna melepaskan pelukannya dan menatap Darren dengan matanya yang mulai terlihat sembab.

"Aku lebih milih ngerasa khawatir daripada berfikir kamu nggak papa sedangkan kamu lagi nggak baik-baik aja. Kalau kamu bilang sama aku, at least aku bisa nemenin kamu, biar kamu nggak sendirian."

"Yaudah, lain kali aku bilang." sahut Darren.

Darren mengusap mata Zenna yang berkaca, otomatis membuat Zenna menutup matanya. Darren yang melihat itu tersenyum lalu mencium mata Zenna bergantian. Zenna membuka matanya saat merasakan itu, dan hal pertama yang dia lihat adalah Darren yang tersenyum padanya, meskipun dengan sudut bibir yang terluka.

"Jangan nangis karena aku, Ze. You have to be happy..."

Zenna memegang pipi Darren yang sedikit memar, mengusapnya... Dia tak menyangka akan bisa sedekat ini dengan Darren. Mungkin Tuhan benar-benar memberinya kesepatan kedua...

"Badan kamu panas, Gi.. kita ke dokter aja ya?"

"Nggak bisa, nanti banyak beritanya. Dokter keluarga aku besok kesini." sahut Darren.

"Kenapa nggak malam ini aja?"

"Malam ini aku mau sama kamu dulu." sahut Darren, Zenna tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

"Kamu tetep harus diobatin dulu."

"Besok aja Ze."

"Yaudah, besok. Sekarang kamu tidur, istirahat yang banyak. Ayo aku bantu ke kamar." kata Zenna membantu Darren untuk masuk ke kamarnya, hingga berbaring untuk tidur.

Lost Stars | Watanabe HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang